Rasio distribusi dalam negeri (DMO) yang semula 1:6 terhadap ekspor minyak goreng, akan diturunkan oleh pemerintah menjadi 1:4. Rencana ini akan direalisasikan mulai 1 Mei 2023.
Sebelumnya, di bulan Februari hingga April, eksportir diizinkan mengirimkan enam kali lipat dari jumlah pasokan domestik mereka.
Namun, berdasarkan rasio baru ini, eksportir minyak goreng hanya diperbolehkan mengirim produknya ke luar negeri empat kali lebih banyak dari jumlah yang mereka distribusikan di dalam negeri.
Apa akar permasalahannya dan bagaimana pengaruhnya terhadap situasi ekspor Indonesia?
Pembatasan Ekspor Minyak, Apa Alasannya?
Plt. Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Mochammad Firman Hidayat, menjelaskan bahwa penurunan rasio perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah hak ekspor. Saat ini eksportir memiliki total jumlah 6,9 juta ton hak ekspor.
Firman khawatir pasokan dalam negeri akan terganggu apabila hak ekspor minyak goreng diberikan secara berlebihan. Pemerintah bermaksud untuk mempertahankan hak ekspor dalam kisaran dua atau tiga bulan ekspor.
Sebaliknya, pada Kamis, 27 April 2023, harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) naik di Bursa Malaysia. Kenaikan harga ini terjadi setelah sempat mengalami penurunan harga internasional menjelang libur panjang lebaran, meskipun permintaan ekspor dari negara lain cukup besar.
Penurunan harga juga sempat terjadi di tahun 2022 kemarin. Dikutip dari Muhammad Faisal, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, harga minyak sempat jatuh dikarenakannya besarnya volume ekspor yang dilakukan oleh Indonesia ke pasar internasional.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian dari Musdhalifah Machmud, pejabat senior Kementerian Perekonomian RI, pemerintah berniat menetapkan harga acuan CPO sebesar US$955,53 per ton. Harga ini naik dari US$932,69 di dua minggu terakhir bulan April.
Performa Ekspor Minyak Indonesia Saat Ini
Indonesia memang dikenal sebagai produsen utama minyak sawit mentah dunia. Produk berbahan dasar minyak sawit di Indonesia menguasai 59% pasar global, diikuti Malaysia dengan penguasaan 25%.
Untuk bulan Januari hingga Februari 2023, ekspor minyak sawit Indonesia ke China meningkat 55% atau 287 ribu ton. Negara tujuan lain, termasuk Mesir (142%) dan Bangladesh (289%), juga mengalami lonjakan ekspor.