Kegiatan Canisius College Cup XL 2025 kembali digelar dengan semarak. Ratusan sekolah terlibat dan ratusan panitia bekerja di balik layar untuk memastikan segala hal berjalan dengan lancar. Sorak penonton, peluit wasit, dan semangat kompetisi berpadu dalam satu ruang yang mencerminkan semangat muda yang menyala. Namun, di balik gemuruh pertandingan dan perayaan kemenangan, tersimpan nilai yang jauh lebih mendalam: bagaimana CC Cup menjadi wadah pembentukan karakter anak muda, tempat di mana perjuangan, tanggung jawab, dan rasa cinta pada proses ditempa menjadi nyata.
Bagi saya pribadi, tahun ini menjadi momen yang sangat berharga. Setelah empat tahun menunggu, akhirnya saya bisa ikut CC Cup sebagai peserta. Rasanya seperti menutup satu siklus panjang perjalanan saya di acara ini. Pada tahun 2022, saya pertama kali terlibat sebagai ketua seksi dana, bertanggung jawab atas sponsor, bazaar, tenant, dan periklanan. Tugas itu bukan hanya berat, tetapi juga menguras tenaga dan waktu. Menghubungi pihak luar, menyusun proposal, dan memastikan pemasukan berjalan stabil menjadi tantangan yang tak mudah. Saya masih ingat betul betapa melelahkannya masa itu, terlebih ketika saya harus membagi perhatian antara tanggung jawab akademik dan panitia. Saat ini, ketika saya melihat bahwa tanggung jawab tersebut telah dibagi menjadi tiga seksi terpisah, saya hanya bisa tersenyum getir sekaligus bersyukur --- karena pengalaman berat itu justru membentuk keteguhan diri yang sulit diperoleh di tempat lain.
Tahun-tahun berikutnya saya tetap berada di balik layar. Saya menjadi panitia English Debate dan kemudian dipercaya menjadi koordinatornya. Dalam dua tahun itu, saya belajar tentang kepemimpinan, tentang bagaimana mengelola orang-orang dengan karakter berbeda, serta tentang pentingnya komunikasi dan kepercayaan. Namun, ada satu hal yang belum sempat saya rasakan: menjadi peserta yang benar-benar berjuang di atas panggung kompetisi. Maka, ketika tahun ini saya akhirnya bisa ikut lomba debat Bahasa Indonesia, perasaan yang muncul sulit digambarkan dengan kata-kata. Lebih dari sekadar perlombaan, momen itu adalah wujud nyata dari penantian dan ketekunan --- dan ketika akhirnya saya dan tim berhasil meraih juara 1, kebahagiaan yang datang bukan semata karena piala, melainkan karena perjalanan panjang di baliknya.
Namun, di tengah rasa syukur itu, saya juga tidak menutup mata terhadap sejumlah hal yang patut menjadi refleksi bersama. CC Cup tahun ini terasa lebih kecil skalanya dibanding tahun-tahun sebelumnya. Persiapan yang tampak mendadak membuat beberapa hal berjalan kurang optimal. Di beberapa kesempatan, saya juga melihat adanya ketidakharmonisan antara anggota adkel dan kakel, yang kadang memunculkan rasa tidak saling menghormati. Selain itu, masih ada panitia yang bekerja setengah hati, sekadar hadir tanpa benar-benar berkontribusi. Semua ini menunjukkan bahwa semangat magis---keinginan untuk melakukan sesuatu secara lebih, lebih baik, dan lebih bermakna---masih perlu ditumbuhkan kembali di antara kita.
Namun, justru di titik inilah nilai sejati dari CC Cup diuji. Karakter tidak terbentuk dari kesempurnaan, tetapi dari proses jatuh-bangun dalam menghidupi tanggung jawab. Saya belajar bahwa menjadi bagian dari CC Cup bukan hanya soal menjadi panitia yang sibuk atau peserta yang menang, tetapi soal bagaimana kita tetap memilih untuk berjuang dan bertumbuh dalam situasi yang tidak ideal. Di tengah kelelahan, konflik, dan kekurangan, seseorang bisa belajar untuk bersabar, bekerja sama, dan tetap berpegang pada integritas.
Canisius College Cup bukan sekadar ajang kompetisi olahraga dan seni. Ia adalah kawah candradimuka karakter --- tempat di mana anak muda ditempa untuk mengenal dirinya sendiri, menemukan batasnya, dan melampauinya. Ketika panitia belajar untuk bertanggung jawab dan disiplin, pemain belajar tentang sportivitas dan daya juang, dan penonton belajar tentang dukungan yang tulus, di situlah nilai-nilai cura personalis dan magis menjadi nyata.
Sebagai seseorang yang telah menyaksikan dan mengalami berbagai sisi CC Cup --- dari panitia, koordinator, hingga peserta --- saya percaya bahwa kekuatan sejati kegiatan ini terletak pada kesediaan setiap individu untuk terus belajar dari perannya masing-masing. CC Cup bukan hanya tentang siapa yang menang, tetapi tentang siapa yang bersedia bertumbuh.
Tantangan ke depan tentu tidak akan berkurang. Dunia di luar sekolah akan menghadirkan ujian yang lebih kompleks, dan di situlah pengalaman dari kegiatan seperti CC Cup menjadi relevan. Dari pengalaman mengatur sponsor, memimpin divisi, hingga berdebat di depan juri, semua itu mengajarkan nilai-nilai yang akan terus berguna: ketekunan, kerja sama, empati, dan keberanian menghadapi kegagalan.
Menutup refleksi ini, saya menyadari bahwa perjalanan di CC Cup bukan hanya tentang pencapaian, tetapi tentang proses menjadi. Menjadi pribadi yang lebih tangguh, lebih peduli, dan lebih siap untuk menghadapi dunia. Mungkin CC Cup tahun ini belum sempurna, tetapi justru di situlah letak keindahannya --- karena setiap ketidaksempurnaan adalah peluang untuk memperbaiki diri, dan setiap perjuangan adalah langkah menuju kedewasaan.
Di balik lapangan yang ramai dan sorak kemenangan, karakter muda sedang dibangun, setapak demi setapak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI