Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PR Itu Baik Jika Jelas Tujuannya

27 Oktober 2022   13:24 Diperbarui: 27 Oktober 2022   13:28 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengerjakan PR (pixabay.com)

 

Pekerjaan Rumah. Semua pasti tahu pekerjaan rumah itu banyak seperti menyapu, mengepel, menyuci pakaian dan lain-lain. Tapi kalau di singkat menjadi PR maka yang terlintas di kepala kita adalah tugas dari sekolah yang dikerjakan di rumah. Kita semua pasti pernah sekolah. Dan merasakan bagaimana diberi PR oleh guru-guru kita. Tujuan PR itu sebenarnya untuk mengulang pelajaran di rumah, agar tidak mudah lupa. Dengan adanya PR maka siswa akan selalu aktif belajar. Siswa di rumah ada kesibukan. Apalagi yang kedua orangtuanya sibuk bekerja di luar rumah. 

Tapi kenyataannya terkadang tidak seperti itu. Seringkali PR begitu banyak diberikan. Bukan dari satu mata pelajaran saja. Tapi mata pelajaran lain dari guru yang berbeda. Seringkali semua PR menumpuk dalam satu waktu. Dan ini yang membuat siswa, anak-anak kita stres karena terlalu banyak PR. yang seharusnya PR itu menyenangkan berubah menjadi sebuah momok yang menakutkan. Terutama di pelajaran eksak semacam matematika, fisika dan kawan-kawannya. Tidak ada yang salah sebenarnya dalam guru memberikan PR. hanya saja perlu ada komunikasi antar guru dan kepekaan situasi. Memang guru juga harus aktif mengetahui kondisi siswa, kondisi kelas dan rekan guru lainnya. Jika di hari yang sama ada rekan guru kita yang memberikan PR maka guru lainnya harus bisa menahan diri atau memutar strategi bagaimana caranya memberikan PR yang bisa membuat anak murid tidak stres. 

Ingat tujuan memberikan PR itu untuk mengulang pelajaran dan membuat anak-anak mampu berpikir dan berkreasi. Usaha anak-anak dalam membuat PR itulah yang menjadi penilaian guru. Bukan hasilnya. Jadi guru bisa melihat potensi anak masing-masing. Keunikan masing-masing. Dengan mengerjakan PR. Itu tujuan adanya PR. Namun kita sebagai orangtua atau guru harus bisa juga melihat dari sisi anak itu. Memang PR itu kurang menyenangkan. Apalagi pelajaran yang tidak disukai. Semua orang pasti ada pelajaran sekolah dulu yang tidak disukai. Entah itu karena gurunya yang kurang asik dan kreatif atau memang dengan subjeknya saja. Pelajarannya saja. Saya salah sekian dari jutaan murid yang tidak menyukai maaf pelajaran Matematika. Dan memang pelajaran ini sangat "spesial" hingga banyak anak yang tidak menyukainya. Tidak disukai anak dengan tipe tertentu.\

Kembali lagi ke keunikan anak-anak. Ada yang suka menghafal, ada yang suka menghitung, bermain logika dan pemikiran. Ada yang suka pelajaran sosial, sastra, bahasa  olah raga dan lain-lain. Jangan menyamaratakan kemampuan kognitif anak-anak. Jangan juga tetap dengan mindset mayoritas guru di Negeri ini. Belum lagi kurikulum yang berganti-ganti dan segala administrasi yang banyak bin crowded. Fokus saja pada anak-anak, dan bagaimana mengajar yang fun. Saya ingat perkataan seorang teman yang juga guru. "Bermain adalah belajar yang dilakukan suka rela". Sejak saat itu cara pandang saya terhadap siswa berubah. Mereka suka bermain karena memang fitrahnya anak-anak untuk bermain. Selama kita sebagai orangtua arahkan dengan baik. Anak-anak akan baik-baik saja. Beri mereka waktu ketika suasana pembelajaran mulai membuat mereka tidak nyaman. Ada pelajaran disana bagaimana mereka anak-anak kita arahkan bagaimana cara menghadapi situasi yang kurang nyaman. Tidak ada di buku teks. Ini ilmu kehidupan. 

Orangtua ataupun guru adalah orang yang harus terus belajar menghadapi anak-anak. Menghadapi murid yang kelak akan menggantikan kita semua. Maka bekal sebagai orangtua harus belajar banyak. Banyak membaca buku-buku psikologi, tentang perilaku manusia, bagaimana cara mengasuh dan ilmu-ilmu lain yang berkembang seiring perkembangan zaman. Berikan PR yang anak-anak selalu lakukan setiap hari. Bukan PR yang bersifat teks saja tapi bagaimana anak-anak dapat selalu menjadi lebih baik setiap harinya dengan bimbingan orang dewasa di sekelilingnya. Sekolah tanpa PR? Tidak buruk dan tidak sebaik itu juga. Tapi bagaimana cara kita memandangnya. Baik atau tidak? Masing-masing dari kita yang mengetahuinya.   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun