Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

PSBB Lagi, Penting dan Harus

16 September 2020   08:33 Diperbarui: 16 September 2020   08:35 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pembatasan sosial berskala besar. Atau Bahasa halus dari lockdown? Bisa jadi. Memang kita memiliki kekhasan tersendiri. Walaupun istilah lockdown terkesan keras. N

amun sebenarnya perlu. Keputusan ada di tangan pemerintahan. Kita rakyat hanya bisa mengikuti saja. Pembatasan itu kesannya masih ringan. Hanya dibatasi. 

Contohnya begini. Boleh belanja apa saja asalkan tidak lebih dari 100 ribu. Sementara makna apa saja itu sepertinya se apa sajanya. Terkesan semuanya. Tapi ada batasnya. 

Boleh bepergian maksimal radius 5 kilo meter misalnya. Artinya tidak benar-benar dihentkan aktifitas itu. Berbeda dengan lockdown. Yang berarti tutup. Di kunci. Tidak boleh keluar rumah. Kalaupun harus keluar, dengan kondisi tertentu. Ada syarat yang harus dipenuhi.

Pertengahan Maret 2020 mulai dilakukan lockdown. Hanya untuk sekolah dan lembaga pendidikan lain. Artinya sekolah tutup. Kegiatan belajar beralih di rumah masing-masing. 

Ini baru pemakaian kata yang tepat. Sementara PSBB masih memungkinkan untuk beraktifitas namun dibatasi. Ini adalah psbb yang kedua. Setelah sempat dilonggarkan dengan istilah lain relaksasi. 

Namun ternyata penularan, penambahan kasus terus naik. Tidak pernah turun. Melihat hal ini. Maka psbb merupakan langkah yang tepat untuk kembali diberlakukan. Memang tidak mudah. Dimulai kembali oleh pemerintah DKI Jakarta. Dengan istilah rem darurat. Ini harus segera ditindak lanjuti.

Satu hal yang harus kita pahami bersama. Pandemi ini tidak ada yang pernah menyangka akan seperti ini jadinya. Belum ada jurus tepat di dunia sekalipun cara untuk mengalahkan musuh tak kasat mata ini. 

Mungkin ini adalah perang dunia ketiga yang sering kita dengar dari berita-berita bahkan di film-film holywood. Perang yang lebih dahsyat dari perang senjata.

Maka kita semua jangan lagi saling menyalahkan siapa-siapa. Semua bingung, semua gagap menghadapi ini. Maka hal pertama kita harus mengikhlaskan apa yang terjadi saat ini. 

Kita harus menerima dengan pikiran dan hati yang terbuka. Dan tetap berusaha melaksanakan apa-apa yang perlu dilakukan untuk menjaga agar kita tetap sehat. Saat ini harapan adalah hal mewah yang dapat kita miliki dalam menghadapi wabah ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun