Mohon tunggu...
Ashar Saputra
Ashar Saputra Mohon Tunggu... Dosen - Ashar

Tinggal di Jogjakarta, senang menjadi dosen dan mengabdi kepada masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Literasi dan Blogging

3 April 2020   15:15 Diperbarui: 4 April 2020   09:57 2474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi melek literasi. (sumber: KOMPAS)

Apakah bisa tertangkap kekhususan kata literasi dibandingkan kata tingkat pendidikan? Mungkin kalimat berikut ini bisa memberikan pengertian yang lebih baik. 

"Bisa saja seseorang memiliki gelar akademik yang tinggi, lulus pendidikan tingkat master misalnya, namun tingkat literasinya tidak cukup tinggi. Ia tidak mampu mengembangkan sistem gagasan dan mengutarakannya dengan cara yang educated".

Lalu apa hubungan antara tingkat literasi dan blogging seperti pada judul tulisan ini?

Ada sebuah persoalan besar bagi bangsa Indonesia terkait dengan tingkat literasi dalam arti luas. Tingkat literasi yang bukan hanya sekedar diartikan melek huruf saja, namun lebih bagaimana tingkat literasi pada suatu masyarakat bisa menjadi bekal bagi pencerahan dan pengembangan dirinya. 

Tentu saja langkah pertama untuk meningkatkan tingkat literasi adalah membuat masyarakat melek huruf, tidak buta aksara, bisa membaca.

Namun yang lebih penting adalah bisa "membaca" untuk mendapatkan pengetahuan, pencerahan, mengolahnya, dan menjadikannya modal untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi sesama manusia.

Setelah melek huruf dan bisa membaca, tantangan berikutnya adalah bagaimana membuat masyarakat merasa perlu, membutuhkan, untuk "membaca".

Jika dilihat pada dunia pendidikan, apakah pendidikan yang diterapkan sudah membuat peserta didik dari level TK sampai PT merasa perlu, membutuhkan, untuk membaca? 

Penelitian yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) dari Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015 menunjukkan rendahnya tingkat literasi Indonesia dibanding negara-negara di dunia. Indonesia berada pada ranking 62 dari 70 negara yang disurvei. 

Respondennya adalah anak-anak sekolah usia 15 tahun, jumlahnya sekitar 540 ribu anak 15. Sampling error-nya sekitar 2 sampai 3. 

Persoalannya apakah sulitnya akses kepada buku, atau masalah lainnya? Menurut penulis persoalan utamanya adalah tidak ada sistem terutama pendidikan yang melatih peserta didik untuk merasa perlu membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun