Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Kesalahan" Memahami Agama Bodohkan Pemeluknya

27 Januari 2019   08:35 Diperbarui: 27 Januari 2019   09:50 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

REVOLUSI SPIRITUAL

Empat "hak bawaan" manusia dari rahim
Sejak dalam rahim manusia sudah membawa "hak."

Hak yang pertama berupa "kesadaran" tahu bahwa dirinya ADA. Tahu dirinya ada dimana dan bersama siapa dirinya ada. Dan mampu memberi tahu bahwa dirinya sudah ada.

Ketika masih berupa janin manusia tahu bahwa dirinya masih harus ada di dalam rahim. Dan yang demikian sangat dirasakan oleh ibunya.

Kedua punya hak bisa berbuat sesuatu menyikapi apa yang "diketahui" atas dirinya dengan yang ada di sekitarnya. Maka janin bisa "berulah" dan berubah menyempurnakan diri di dalam rahim.
Ketiga punya hak mengakui dan diakui haknya oleh yang lain. Di dalam rahim janin punya hak untuk menyerap semua sari bumi dari tubuh ibunya.

Keempat punya hak bisa melakukan dengan bebas tanpa ada yang menghalangi karena ada dalam aturan yang pasti. Waktunya lahir janin akan berusaha lahir dengan sendirinya secara alami.

Lima "hak bawaan" manusia di alam semesta
Keempat hak di dalam rahim tersebut selanjutnya secara abadi menyertai kehidupan setiap orang selama hidupnya dalam kehidupan alam semesta yang sama sekali tidak berdinding seperti di dalam rahim.

Menjalani kehidupan di alam semesta justru manusia dibatasi hanya oleh keterbatasan kemampuan dirinya sendiri. Atau dengan kata lain kemampuan manusia dibatasi oleh kelemahan diri pribadinya yang harus bergantung pada sesamanya---orang lain.

Hak pertama berupa punya perasaan mengerti yang merasakan semua yang dirasakan perasaan dan yang dirasakan pancaindera.

Hak kedua berupa punya perasaan pikiran yang memancarkan berbagai dayacipta (kreatifitas) yang berwujud kekuatan angan-angan, akal, penghayatan dan keindahan.

Hak ketiga berupa kesadaran tahu mempunyai kekuatan yang serba dibatasi "kepastian harus benar" yang membawa ketenangan hati. Hak ketiga itu disebut "iman."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun