Tetapi hendaknya disadari. Seseorang yang berfilsafat atau pengamal filsafat, sama sekali bukan seorang filsuf.
Seorang pengajar filsafat memperlakukan filsafat sebagai layaknya sebuah ilmu yang dibentuk dengan argumentasi-argumentasi. Dibentuk oleh fiksi-fiksi pribadi. Bukan dibentuk oleh fakta ilmiah yang bisa diterima sebagai pelajaran untuk petunjuk yang benar untuk hidup bersama yang bermanfaat.
Sedang seorang filsuf berfilsafat sebagai sikap hidup yang senantiasa diliputi keraguan karena selalu ingin mendapatkan kebenaran hakiki yang menyertai realita yang sedang dihadapi dalam keseharian.
Karena dalam realita yang dirasakan seorang filsuf sangat lazim atau pasti hanya menampilkan kebenaran sementara atau relative. Yaitu kebenaran yang masih bisa ditolak, diperdebatkan atau disanggah dan pasti juga bisa berubah setiap saat.
Kitab suci bagi filsafat Gerung dianggap belum final dan bisa menghadirkan berbagai fiksi yang sangat bagus dan juga fiksi yang sangat buruk karena "dibully" oleh para politisi.
Ahli agama dan ahli filsafat
Penulis menyampaikan pandangan bahwa tidak ada gunanya mempersoalkan fiksi kitab suci Rocky Gerung dengan kitab suci agama-agama yang ada, secara berlebihan. Sebab tidak akan bisa nyambung atau konek karena beda level.
Kitab suci agama menyatu dalam sanubari pemiliknya---pemeluk agama, sedang kitab suci fiksi Gerung hanya melayang-layang di angan-angan di luar pikiran---otak.
Tidak akan bisa ketemu pandangan para ahli kitab---agama, dengan pandangan ahli filsafat karena beda ruang alam pemikiran---perenungan. Realita keagamaan bukan bukan berangan-angan dalam kegamaan
Seorang ahli filsafat akan berargumentasi berdasar kebutuhan diterimanya pembenaran atas buah pikirannya tentang kebenaran hakiki yang belum didapat atau masih dicari. Alias berusaha agar segala argumentasinya diterima khalayak ramai sebagai sebuah pemikiran yang benar.
Sedang ahli agama berusaha mengamalkan kebenaran mutlak yang disampaikan kitab suci agamanya yang difahami dengan penafsiran.