REVOLUSI SPIRITUAL - Â Aksi Bela Islam Demo SARA Ormas non Pancasila
Meragukan kebenaran
Sejak "diwahyukan" oleh Nabi Muhammad saw, dunia terlihat semakin jelas seolah terbelah-belah dalam persepsi menyikapi---menerima, kebenaran nyata yang terhampar dalam realita sejak matahari terbit sampai terbit lagi.
Silih berganti orang-orang pilihan yang disebut nabi hadir di muka bumi untuk menyampaikan kebenaran nyata yang mutlak harus diterima dan disyukuri oleh setiap generasi yang ada.
Tetapi manusia agaknya selalu meragukan kebenaran yang digelar dalam realita sehari-hari. Cenderung terpaksa harus berpegang pada kebenarannya sendiri yang ada kalanya tidak perlu diuji. Yaitu kebenaran yang hanya didasari percaya  atas omongan atau pendapat orang lain yang belum tentu benar.
Atau kebenaran berdasar keyakinan dirinya karena tidak mau menerima atau setidaknya tidak mau mempertimbangkan kebenaran yang disampaikan orang lain.
SARA untuk memaksakan kebenaran
"Pokoknya Anda tidak benar Ahok. Anda salah dan harus dihukum. Karena Anda kafir maka tidak boleh bicara tentang agama kami," begitu kira-kira isi kalimat yang diucapkan orang-orang yang beken sebagai ulama saat ramainya aksi-aksi demo menjelang Pilkada DKI Jakarta 2017.
Dan realita seperti terpaksa harus menerima bahwa Ahok harus dihukum dan harus kalah oleh Anies dalam perebutan kursi DKI satu. Seperti yang diperlihatkan realita ribuan lilin dinyalakan di seantero penjuru tempat di dunia. Dan jajaran ribuan karangan bunga di balai kota untuk Ahok yang sudah di penjara.
Karena hal yang demikian maka banyak orang berpendapat bahwa kekalahan Ahok karena diserang dengan isu SARA.
Bagi penulis pribadi. Ahok kalah karena memang harus kalah sebagai orang besar yang ikhlas menerima kekalahan. Dia tidak mau repot naik banding yang mungkin akan bisa merepotkan banyak pihak lagi.