Mohon tunggu...
Asham
Asham Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Karya untuk Kehidupan Abadi

Belajar 'menulis' mengenai khakikat kehidupan akhirat yang kekal nan abadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menelusuri 50 Lebih Titik Longsor Sulteng yang Telan Korban

7 Oktober 2018   18:06 Diperbarui: 7 Oktober 2018   18:43 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga bergotong royong membuka akses jalan, Salua - Kulawi setidaknya ada 54 titik longsor menutup akses jalan. Foto:  Asham


Palu -- Meskipun jalan Salua-Kulawi sudah tertutupi tanah, bebatuan, dan pohon tumbang. Tidak menyurutkan niat masyarakat untuk menumpuh jalur tersebut. Tanah longsor itu, diduga menimbun dua orang warga Desa Rante Wulu, Kabupaten Sigi, Sulteng

Penulis ditemani seorang bernama Hendra, mencoba menelusuri puluhan titik longsor yang menimbun jalur Salua-Kulawi, Kecamatan Sigi, Sulteng. Jam di hanphone menunjukkan pukul 11.09 WITA, hari Jumat 5/10/2018.

Usai memarkir sepada motor di halaman rumah warga di Desa Salua. Para warga yang ingin melintasi titik longsor menyiapkan perbekalan dan barang bawaan seadanya, yang seyogyanya akan membantu menaklukan satu persatu titik longsor yang dimulai dari Desa Salua.

Beberapa orang bersiap mendaki puluhan titik longsor. Ada beberapa alasan kenapa begitu nekat melalui puluhan titik longsor, ada yang ingin bertemu keluarga, ada pula yang membawa bahan makanan seadanya, mengantar saudaranya yang sedang sakit dan kepentingan lainnya yang tak mungkin ditunda lagi.

Matahari mulai beranjak tepat di atas kepala. Di mana banyangan seseorang tepat di bawah kakinya. Saat itu pula, terik matahari berada pada puncak panasnya.

Panas matahari yang begitu menyengat seakan membakar kulit, memanggang kepala dan menyilaukan mata itu, memaksa dahi untuk mengkerut. Kondisi ini, mulai  berdampak pada terkurasnya kekuatan fisik. Sehingga menambah langkah kaki semakin melemah. Keringat pun mulai bercucuran membahasi pakaian.

Gundukan longsor yang begitu tinggi, memaksa para pelintasnya untuk mendaki, berjalan di bebatuan, melintasi pohon tumbang dan menuruni turunan yang terjal dan curam. Membuat para pelintasnya harus ekstra hati-hati. Sebab, jika terpeleset sedikit saja, cukuplah hal itu, membuatnya terjatuh ke dalam jurang yang sangat dalam.

Kondisi yang ekstrim itu, seakan sebagian pelintasnya tak ingin meneruskan perjalanan bersama orang-orang menaklukan satu persatu gundukan longsor. Meskipun gundukan longsor itu kering. Bahkan kondisinya kering dan berdebu itu, akan tetapi tanah sedikit labil dan licin menambah ekstra hati-hati dan waspada. Sebab terkadang kaki tenggelam bak ke dalam lumpur.

Dengan rasa penuh keraguan dalam meneruskan perjalanan. Tiba-tiba terdengar suara teriakan dan seruan Ibu-ibu yang berpapasan di tengah-tengah gundukan longsor.

"Pak balik saja bahaya. balik bahaya," Seru seorang Ibu yang bekerudung hitam sambil menenteng sendal jepitnya, meminta orang ingin bergerak ke Kulawi berbalik arah.

Teriakan itu, menambah keraguan orang lain menuruskan perjalanan. Sebab, rasa letih dan lelah mulai menyapa seluruh anggota badan. Lutut mulai gemetar, betis seakan mengeras, nafas terengah-engah dan jantung pun berdebar dengan cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun