Krisis dan Resesi Ekonomi Itu Sangat Mudah Kok Diatasi. Gitu Aja Repot.
Dalam perekonomian yang sehat, pertumbuhan penawaran dan pertumbuhan permintaan selalu sinkron dan seimbang. Untuk itu, peran Pemerintah dan Otoritas Keuangan sangat penting dan vital dalam menjaga sinkronisasi dan keseimbangan laju penawaran dan permintaan itu. Keberhasilan suatu pemerintahan sangat tergantung dari kemampuannya menjaga sinkronisasi dan keseimbangan ekonomi.
Jadi wajar jika terjadi masalah dalam perekonomian, maka yang pertama layak disalahkan adalah Pemerintah. Begitu juga, Â ketika perekonomian menanjak naik kinerjanya, maka Pemerintah lah yang pertama kali harus dipuji.
Ketika laju permintaan tumbuh naik tapi tidak dapat diikuti dengan laju penawaran, maka terjadi inflasi. Inflasi bisa menyebabkan resesi ekonomi ketika masalah penawaran tidak segera diatasi. Sementara inflasi tinggi yang sudah kronis akan mengarah kepada krisis ekonomi.
Obat bagi inflasi harus spesifik dengan sebabnya. Jika inflasi disebabkan oleh rendahnya sisi penawaran komoditas pangan, maka penawaran komoditas pangan harus ditingkatkan. Begitu juga jika inflasi disebabkan oleh rendahnya sisi penawaran komoditas energi, maka penawaran komoditas energi harus ditingkatkan. Solusinya bisa dengan impor atau meningkatkan produksi nasional.
Dalam kondisi inflasi tinggi yang mengarah kepada resesi ekonomi, otoritas moneter biasanya meningkatkan suku bunga acuan untuk mengurangi jumlah uang beredar yang diharapkan akan menurunkan permintaan.
Jika laju penawaran kenaikannya tidak diikuti dengan laju permintaan, maka terjadi deflasi. Jika komoditas terus membanjiri pasar tapi tidak dapat diserap pasar, maka banyak uang untuk memproduksi komoditas tadi akan terbakar. Investasi macet. Indusri dan sektor produksi akan banyak tutup yang menyebabkan gelombang phk dan pengangguran. Hal ini jika berlanjut lama akan menyebabkan resesi ekonomi, dan bahkan krisis ekonomi.
Itu sebabnya ketika laju perekonomian meningkat akibat tingginya produksi harus diikuti oleh peningkatan upah dan peningkatan pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan daya beli masyarakat miskin.
Ketika terjadi resesi ekonomi, maka pihak yang paling tertekan adalah golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah dan subsisten. Sektor ekonomi yang akan terguncang adalah sektor produk hiburan, produk kuliner, dan produk sekunder. Pada saat ini, permintaan produk mewah tetap tinggi, karena penduduk dengan penghasilan tinggi belum terpengaruh oleh resesi ekonomi. Padahal pada saat yang sama permintaan atas produk berkualitas rendah dan murah ( M&M dalam istilah saya yaitu murah dan murahan) justru meningkat. Inilah anomali dan paradoks dalam resesi ekonomi.
Paradoks itu dapat kita lihat dari perilaku orang-orang kaya yang masih pamer harta dan pembelian barang-barang mewah ketika rakyat miskin antri sembako dan BBM.
Untuk menjaga laju perekonomian tetap baik, maka tekanan pada konsumsi dan daya beli masyarakat subsisten dan berpenghasilan rendah harus tetap dijaga tinggi. Untuk itu, masyarakat berpenghasilan tinggi bisa membantu dengan mengalihkan konsumsinya atas barang mewah kepada zakat dan sedekah. Alokasi yang lebih tinggi kepada zakat dan sedekah ini, bukan saja akan menjaga tingkat konsumsi masyarakat miskin, tapi ini lebih lanjut juga berpengaruh baik bagi keselamatan investasi dan kelanjutan bisnis.