Kita walaupun tidak ikut serta pada banyak sekali perlombaan di bidang sains dan teknologi, tetap harus mengikuti kabar perkembangan dan kemajuannya, serta mengkritisinya. Bagaimanapun kehadiran benda-benda peradaban hasil perkembangan sains dan teknologi akan mempengaruhi banyak sekali aspek kehidupan kita baik fisik, psikis, spiritual, individual, dan sosial kita. Kita tidak boleh secara apriori menyambut gembira kehadiran teknologi-teknologi baru, serta tidak pula secara apriori menolaknya.
Aku berkata kepada diriku,"Itu bagian dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, suka atau tidak suka, kita memasuki tahapan "revolusi industri 4.0" dan seterusnya, menghadirkan 'artificial intelligence, big data, internet of things, block chain, robotics, metaverse dan sebagainya, dengan kondisi _'disruption' dan adanya 'vulnerability, uncertainty, complexity & ambiguity (vuca)'. Kemudian dihadapi dengan 'vision, understanding, clarity, agility (vuca)'.
Welcome to new world .
Diriku berkata kepada aku,"Kehadiran teknologi-teknologi ini harus dapat menjawab tantangan etis tentang civil rights, free wills, private territory, data security, dan mencegah munculnya global regime.
Kehadiran benda-benda dalam peradaban manusia melalui sains dan teknologi telah kita saksikan dan rasakan bersama memengaruhi kehidupan pribadi, kehidupan sosial, dan kehidupan spiritual kita. Tapi kita sebagai Bangsa Indonesia dan Umat Islam absen pada hampir semua cabang perlombaan teknologi tersebut, terutama dalam energi fusi nuklir, komputer kuantum, superkonduktor, eksplorasi Mars dan Bulan, dan "menambang" CO2 dan limbah plastik.
Ketidakhadiran kita dalam perlombaan ini dalam tingkat yang paling soft adalah kita hanya akan dijadikan target pasar, dan pada tingkat yang lebih ekstrem kita akan menjadi budak rezim global.
Pertanyaan, kesiapan apa yang dibutuhkan dalam situasi seperti itu? Apakah siap yang dimaksud adalah siap menjadi pasar atau menjadi budak? Think it carefully.
Aku berkata kepada diriku,''Morals, Norms & Ethics tergantung perspektif dan kesepakatan sekelompok orang di suatu kawasan/negara/teritori.
Ada keuniversalan dan kekhususan yang tidak bisa hadir di semua tempat.
Kasus 'LGBT' bisa diterima di beberapa kawasan, tapi bisa ditolak dan diharamkan di kawasan/jazirah lainnya.
Begitu juga dengan 'science & technology' bisa diterima dan ditolak dengan mengacu pada standar masing-masing. Meskipun semakin berkembang maju pesat.
Di masa kini, pemenangnya adalah pihak berkepentingan (bukan 'full stake holders') yang bekerja sama dengan pengusaha + penguasa + pembuat kebijakan/regulasi (wakil rakyat, senator, pimpinan lembaga yudikatif & lembaga konstitusi) di negeri manapun.