Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Caution. Wet Floor

4 Februari 2022   14:23 Diperbarui: 4 Februari 2022   14:40 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Al Qur'an dalam surat 107 dari ayat 1 sampai 7 kali ini tidak berbicara tentang mereka yang berada di seberang sana, yang terdiri atas orang-orang kafir, para pendosa besar, dan para pelaku kejahatan besar. Al Qur'an sedang membahas kita.

Ya kita. Kita yang mempunyai konsep diri bahwa saya adalah orang baik atau setidaknya orang yang berusaha menjadi orang baik, atau apapun tapi saya bukan orang kafir, bukan pendosa besar, dan bukan pula pelaku kejahatan besar. Kalau saya salah atau berdosa, maka itu hanya split. Saya tergelincir sesaat. Mungkin karena itu saya terlihat sedikit oleng, tapi tidak sampai tersungkur jatuh, apalagi terluka.

Tapi surat ini menghukum kita orang-orang baik ini sebagai para pendusta agama. Kebaikan kita dianggap sampah. Kok begitu? Padahal saya sentiasa beribadah dan tidak berbuat kerusakan! Saya banyak sholat, banyak membaca al Qur'an, banyak bicara kebaikan, dan banyak pula puasa.

Allah menyatakan bahwa semua kebaikan kita itu omong kosong, tidak bernilai spiritual, dan tidak bermanfaat buat eksistensi agama ketika kebaikan-kebaikan kita itu tidak mampu menghadirkan dimensi kepedulian sosial, kebersihan hati, dan kelembutan jiwa.

Ada lima ceklis tersedia di sini.
1. Memuliakan anak yatim.
2. Mengentaskan kemiskinan.
3. Membantu sesama.
4. Khusyu dalam sholat.
5. Bebas dari riya.

Tiga ceklis teratas berbicara tentang empati dan simpati. Tentang dimensi sosial psikologi, sosial spiritual, dan psikologi perilaku. Dua yang tersisa berbicara tentang psikologi intensional dan psikologi kognitif.

Surat 107 ini merupakan clue yang paling jelas bahwa ibadah dan tujuan ibadah adalah kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Kita tidak bisa melompat kepada tujuan ibadah dengan menihilkan ibadah. Tapi ibadah pun dinihilkan ketika tujuan ibadah tidak dicapai. Kepedulian sosial, kebersihan hati, dan kelembutan jiwa merupakan tujuan ibadah yang dimaksud.

Banyak dari orang-orang baik mungkin lolos dari tiga ceklis teratas, yang berarti tidak ada masalah dalam dimensi sosialnya. Tapi berapa banyak yang bisa lolos dari ceklis keempat? Berapa banyak yang lolos dari ceklis kelima? Sedangkan riya adalah semut hitam yang merayap sangat pelan di atas batu hitam pada gelap gulita malam.

Para ahli tasawuf yang mendalami ayat ini banyak yang tersungkur pingsan.

Sungguh surat ini memberikan isyarat tidak boleh ada di antara lintasan hati dan gerak pikiran kita suatu perasaan aman dalam urusan iman dan agama. Setiap individu harus senantiasa waspada dan hati-hati dalam beragama. Sikap rendah hati, bersih hati, lembut hati, dan bersih pikiran harus selalu dipelihara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun