Di artikel sebelumnya saya sudah menuliskan bahwa sunah nabi merupakan penjelas dari al-Qur'an, jadi jika ada orang yang menafsirkan ayat al-Qur'an dan tidak berpedoman pada sunah nabi maka ia telah keluar dari garis syariat. Dan tentunya tidak sembarang orang yang boleh menafsirkan al-Qur'an. Ada kriteria-kriteria khusus yang harus dipenuhi seseorang layak untuk menafsirkan al-Qur'an, terutama dalam hal keilmuan.
Menurut Prof. Hamka, dilihat dari sudut pandang sunah nabi, al-Qur'an itu paling tidak terdiri atas tiga bagian besar. Pertama, berisi mengenai hukum-hukum fiqihiyah, kedua berisi mengenai aqidah, dan bagian ketiga adalah mengenai kisah-kisah sejarah.
- Bagian pertama
Al-Qur'an berisi tentang hukum-hukum fiqih terkait ibadah dan muamalah, halal-haram, perintah dan larangan. Termasuk di dalamnya adalah peraturan terkait hukum kenegaraan. Etika bermasyarakat yang dimulai dari lingkungan terkecil yakni keluarga, bertetangga dekat-jauh, hidup antar kota sampai bernegara, bagaimana jalinan hubungan antara yang penguasa dan yang rakyat, serta bagaimana hubungan antar Muslim bahkan hubungan dengan golongan lain dalam damai maupun perang. Semua diatur dalam al-Qur'an dan sudah dijelaskan seluruhnya dengan sempurna oleh sunah nabi baik berupa perkataan, perbuatan maupun pengakuan atas perilaku sahabat. Mustahil nabi tidak menyampaikan apa yang harus disampaikan, karena beliau bersifat Tabligh yaitu menyampaikan wahyu yang datang dari Allah Swt.
Hal yang patut kita syukuri adalah semua risalah beliau berhasil dirangkum dan disusun oleh para ulama hadits, sehingga kita bisa mengetahui dan mempelajarinya lewat kitab-kitab hadits yang sekarang ini mudah kita temukan dalam berbagai bahasa.
- Bagian kedua
Al-Qur'an berisi tentang aqidah atau kepercayaan. Untuk memperkuat hal aqidah, sering al-Qur'an menampilkan ayat-ayat berkaitan alam dan perintah untuk memperhatikannya. Tidak sedikit kita temukan di dalam al-Qur'an yang berbicara tentang rahasia alam mulai dari langit, bumi, perputaran matahari, bintang-bintang, bulan, planet-planet, berhembusnya angin dan turunnya hujan dan lain sebagainya. Ayat-ayat tersebut dikandung maksud agar manusia mau memikirkan, mempelajari dan menghayati tentang segala ciptaan itu, sehingga akhirnya melahirkan kesadaran akan iman kepada Allah Swt. Ayat-ayat tentang alam itu bertujuan untuk memperkuat tauhid uluhiyah maupun rububiyah.
Terkait ayat-ayat alam ini sering al-Qur'an memerintahkan agar kita memperhatikan, mempelajari, memikirkan. Ini artinya bahwa ada kewajiban kita untuk mendalami ilmu alam. Memang dalam sunah nabi tidak banyak kita temukan penjelasan tentang ayat-ayat alam ini, karena memang pada masa itu ilmu alam belumlah berkembang seperti sekarang. Nabi sendiri bukanlah seorang ahli alam. Ayat-ayat terkait alam ini menuntut kita untuk mengetahui hal itu dan kemudian memperdalam keilmuan dalam bidang itu.
- Bagian ketiga
Al-Qur'an berkaitan dengan kisah-kisah masa lampau. Kisah-kisah sejarah itu dihadirkan sebagai pengajaran dan untuk diambil hikmahnya. Banyak kita temui di dalam al-Qur'an kisah para nabi-nabi dalam menegakkan tauhid. Dari sini pula kita menemukan nama-nama nabi terdahulu, cerita kaum yang saleh dan kaum yang durhaka. Semua kisah yang disampaikan dalam al-Qur'an tidak sebatas kisah semata, akan tetapi mengandung maksud supaya kita belajar dari kisah itu, mengambil I'tibar, meneladani yang mengantar ke jalan selamat, dan menghindari perilaku yang menyimpang agar kita tidak mengikuti jalan kaum-kaum yang sesat di masa lalu.