Mohon tunggu...
Pradipati Artana
Pradipati Artana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Sebuah aspirasi yang tertuang dalam suatu paragraf, yang memiliki arti dan makna berisikan perasaan di setiap kalimatnya.

Sebuah aspirasi yang tertuang dalam suatu paragraf, yang memiliki arti dan makna berisikan perasaan di setiap kalimatnya.

Selanjutnya

Tutup

Love

Akhir Kata Antara Aku dan Dia

22 Juni 2021   09:13 Diperbarui: 22 Juni 2021   09:46 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

" layun mengayun sebuah alur, konon berujung roda perkara batasan. nyata, sinar awal sangka pengalihan. Hinggap padam layunan perkara sinar, kehilangan jalur."

Sebuah pengalihan gambar yang bertolak belakang dengan sebuah makna artian tulisan yang tertera. Mungkin sulit untuk diartikan, semoga kamu yang kumaksud dapat memahaminya. Pada akhirnya aku melepaskannya, ternyata takdirku hanya sebatas dilingkungannya saja, bukan menyertainya. 

Yang ku tau pasrah merupakan hal yang tidak benar, tapi itu yang sebenarnya terjadi. Aku hanya memikirkan bagaimana caranya untuk bisa bertahan sempurna di lingkungannya ketika aku menyertainya. Mungkin terbilang egois ketika hal ini hanya satu pihak yang memutuskan sebuah keputusan antara bertahan dan pergi tanpa adanya diskusi rasa. 

Dengan berat hati, kenyataannya aku menerima suatu hal yang tidak bisa aku terima..Ketika masa untuk melepaskannya tiba, aku baru menyadari, bahwa di saat itu juga aku merasa kehilangan yang dalam. Aku meminta maaf, entah mudah untuk dimaafkan atau tidak... mungkin hanya menimbulkan pertanyaan mengapa bisa terjadi(lagi) yang kesekian kalinya.

Lagi dan lagi cerita singkat yang terjadi tentang aku dan dia. Sebuah permasalahan yang kembali terjadi tanpa berawal dari hubungan yang resmi. Mengibaratkan sebuah kertas yang robek, lalu satukan kembali. Pernah ku mencoba seperti sebuah argumen kertas, namun aku sadar, sebuah lem tidak cukup untuk menyatukan kembali, ia akan terus rapuh dan sehembus angin pun mampu untuk merobeknya kembali.Ditambah dengan ada nya sebuah penyakit baru yang saja terjadi. Bukan tentang wabah namun perikatan batin yang kumaksudkan. Sehingga dampaknya membuat perasaan yang kurasa menjadi campur aduk entah berantah. 

Sekumpulan orang yang berkualitas, namun kusebut mereka adalah sebuah persamaan yang memiliki kemampuan di satu bidang yang terpercaya hingga membentukan sekumpulan tersebut menjadi suatu kelompok besar. Aku rasa seisi lingkungan ini paham akan kelompok tersebut, tujuannya pun sangat amat terpuji dan membanggakan. Karena hal yang dilakukan mendukung penuh tentang kualitas ilmu yang akan dibawa nantinya. Namun siapa sangka, tujuan baik tanpa adanya pemikiran tentang dampak yang terjadi disaat jangka panjang, akan menimbulkan sebuah permasalahan kecil yang dapat membesar. 

Bukan perkara permasalahan itu tumbuh, namun permasalahan besar yang berkembang dan meluas kemana mana. Bahwa kepastiannya akan ada serangan balik yang sering disebut "imbas" apa bila sebuah rencana yang dirancang kurang matang namun tetap dilaksanakan dengan tujuan formalitas. Ia adalah orang yang sangat kupercaya, namun siapa sangka ia melibatkan ku dengan penyakit yang dibuat bersama kelompokannya.

Di saat permasalahan itu mulai nampak dipermukaan, seketika hening yang kurasakan. Dengan perasaan yang lagi entah berantah. seketika betambah payah dengan keterlibatanku dengan suatu permasalahan. Setelah ku telusuri mengapa bisa terlibat dalam suatu permasalahan yang baru baru terjadi. Aku tidak menduga, bahwa kenyataannya orang yang kupercaya justru ialah orang yang melibatkan ku dengan sengaja untuk menjerumuskan kepermasalahan tersebut. Aku tidak menuduhnya, tapi melalui perbuatanku yang hanya kulakukan dengan kata "teman dekat" di sosial media, itu hanya kamu saja. Pada akhirnya, kekecewaan rasa terjadi kian menjadi saksi bahwa keputusan untuk meninggalkannya adalah hal yang tepat. Kalau bukan ia lalu siapa lagi?.

Bercampurnya rasa kesal dan kecewa , menjadikan ku hilang kendali. aku yang berjanji untuk berhenti pada kata pengevaluasian, dengan kekecewaan yang tinggi aku juga yang mengingkari untuk terus mengevaluasi. Tanpa ragu, aku memutuskan semua keterlibatan ku dengannya. hingga pada akhirnya kehilangan seluruh akses untuk berkontak dan berhubungan dengannya.

Seingatku,aku hanya menitipkan sebuah pesan berisi kalimat yang menyatakan rasa kekecewaan ku terhadapnya. Beberapa malam terlewati, hal yang tak kusangka bahwa ia ,meembalas pesanku dengan menuliskan sebuah pesan yang berisi tentang kekecewaannya lebih besar daripada kekecewaan yang kurasakan. Dalam hati ku mendengar banyak keributan suara, ternyata dari hati, banyak yang menanyakan tentang apa isi pesan yang ia maksud. Apakah ini sebuah pesan hasil balasan pesan yang kubuat untuknya,atau tidak?. Namun yang kupastikan, aku akan tetap kecewa dengan apa - apa yang telah terjadi.

Detik pun berjalan tiada hentinya sampai saat ini, Hari melewati hari nya dengan tidak semangat apa ini sebuah rasa rindu. Hingga aku baru menyadarinya baha hari sudah terlewat sangat jauh dari hari terakhir adanya komunikasi kepadanya walaupun sebatas pesan. Serta matahari yang kesekian kalinya bergantian dengan bulan untuk menerangi bumi ini. dengan rasa pasrah terhadap keadaan. mungkin itu adalah komunikasi kita yang terakhir kalinya. berat nan rindu sebuah argumen yang tepat untuk menggambarkan apa yang kurasakan saat ini, namun apa yang boleh kuperbuat, semua harus kujalani dengan rasa amanah dan tanggung jawab atas keputusan yang telah kuputuskan demi jangka panjang yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun