Mohon tunggu...
arifin billybachtiar
arifin billybachtiar Mohon Tunggu... Seniman - owner asdanaya art
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Produsen Kerajinan Tembaga dan Kuningan

Selanjutnya

Tutup

Money

Sejarah Kerajinan Tembaga dan Kuningan

21 Mei 2020   14:29 Diperbarui: 21 Mei 2020   14:28 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar tahun 60'an, desa Tumang yang terletak di kaki gunung merbabu merupakan salah satu produsen kerajinan Tembaga yang sangat terkenal. Pada waktu itu mayoritas masyarakat disana mengandalakan sektor kerajinan sebagai salah satu sumber mata pencaharianya di bandingkan dengan profesi petani mengingat letak geografisnya di kawasan pegunungan. Hal tersebut bisa dimaklumi karena masyarakat Tumang bisa memperoleh hasil yang instant begitu kerajinan selesai di kerjakan. Tumang sendiri meskipun hanya sebuah desa di kabupaten Boyolali, memiliki pasar tradisional yang sangat ramai. Pasar tersebut hanya di operasikan ketika di waktu pagi dan sore hari yang kabanyakan pengunjungnya adalah perajin dan para tengkulak hasil kerajinan tembaga. Hasil kerajinan tembaga pada waktu itu lebih mengedepankan kepada alat alat kebutuhan rumah tangga, mulai dari dandang ( alat kukus), kenceng ( wajan besar), teko tembaga dan masih banyak lagi. Hasil kerajinan tembaga pada waktu itu banyak sekali peminatnya, mayoritas pelangganya adalah masyarakat yang memang menggunakan hasil kerajinan sebagai alat kebutuhan sehari hari, meskipun ada beberapa pelanggan yang menggunakan sebagai hiasan rumah. Pada masa itu, para penikmat seni belum berkembang seperti sekarang ini, karena hampir semua masyarakat pada umumnya masih mementingkan kebutuhan primer.

Masyarakat lebih memilih alat memasak dengan bahan tembaga dikarenakan bahan tembaga lebih awet, tahan korosi dan tentu saja ada unsur seni dari alat tersebut. Pada waktu itu kerajinan lainya yang memproduksi alat rumah tangga kebanyakan adalah dari tanah liat. Jiwa seni yang di dapatkan oleh masyarakat Tumang adalah murni turun temurun dari nenek moyang, sehingga hampir semua masyarakat bisa dengan mudah untuk mempelajari pembuatan kerajinan tembaga. Proses pembuatan Kerajinan tembaga pada waktu itu tergolong rumit dan cukup sulit, karena bahan baku yang di gunakan adalah dengan bongkahan (puthon) tembaga yang di tempa terus menerus sehingga membentuk barang yang di inginkan. Karena pada saat itu bahan plat tembaga belum ada seperti sekarang ini. Mereka mengecor sendiri bongkahan tembaga dengan menggunakan tembaga bekas yang sudah tidak di gunakan, bahkan jual beli bahan seperti ini cukup ramai di pasar tradisional Tumang. Mendekati tahun 80'an, para perajin tembaga mulai memikirkan bahan lain untuk di gunakan sebagai bahan pengganti, hal ini disebabkan alat alat rumah tangga dari pabrik dengan bahan alumunium mulai menyebar luas di pasaran. Secara otomatis membuat hasil kerajinan tembaga mulai tersaingi karena harga alat rumah tangga dari alumunium jelas lebih murah di banding tembaga. sebagian perajin tembaga pun mulai beralih dengan menggunakan bahan baku alumunium meskipun mayoritas masih tetap bertahan dengan bahan tembaga.

Awal Produk Kerjainan Tembaga |Dokpri

Para perajin tembaga yang tetap bertahan harus berusaha memutar otak agar supaya tetap bisa bertahan dan bersaing. Mereka mulai memikirkan bagaimana agar produk tembaga mereka dapat bersaing dengan barang hasil pabrik. Salah satu pioner perajin dalam berusaha untuk bersaing adalah dengan membaca situasi pasar, salah satunya dengan membuat produk tembaga yang lebih menarik dan memliki nilai lebih di banding produk pabrik. Produk kerajinan tembaga di buat dengan menimbulkan kesan seni dan mulai berani untuk membuat produk yang inovatif. Sebagian kecil yang masih bertahan mulai membuat produk tembaga diluar kerajinan alat rumah tangga. 

Akhirnya pada dekade 90' an, para perajin mulai beralih dengan membuat berbagai macam kerajinan lampu hias, berbagai macam kerajinan kaligrafi dan juga produk produk yang coba untuk di tawarkan kepada para pelanggan. Ketika produk kerajinan lampu dan kaligrafi mulai di tawarkan dan di pasarkan, ternyata respon dari sebagian besar masyarakat sangat positif. 

Hal ini membuat para perajin tembaga mulai berani untuk keluar dari zona nyaman untuk mulai mencoba memasarkan ke area yang lebih luas. Permintaan hasil kerajinan tembaga pada akhirnya mulai berdatangan dan tentu saja membuat para perajin kewalahan menerima pesanan. Barang yang tadinya harus di pasarkan sendiri oleh perajin mulai beralih proses dengan pembeli yang mendatangi sendiri langsung kepada perajin dengan metode order pesanan.

Fenomena ini membuat perajin tembaga yang sebelumnya masih bertahan dengan produk yang lama sebagai pembuat alat rumah tangga pun mulai mengikuti untuk berubah menjadi perajin tembaga dengan fokus menjual seni kerajinan. Sampai akhir tahun 2000 sudah sangat banyak sekali perajin tembaga yang mencoba untuk membuat produk kerajinan tembaga dan mulai melebarkan sayap dengan menambah bahan pembuatan seperti dengan kuningan maupun alumunium. 

Pangsa pasar mereka pun sudah sangat diperhitungkan, ketika awalnya hanya menyasar pasar lokal sekitar saja, mereka mulai menawarkan ke seluruh wilayah indonesia bahkan tidak sedikit yang mulai mendapat order produk dari luar negeri. Melihat perkembangan kerajinan tembaga dan kuningan yang begitu pesat, produk yang mereka hasilkan pun mau tidak mau harus mulai lebih berfariasi. 

Para perajin tembaga dan kuningan mulai membuat produk yang lebih menitik beratkan pada kesenian seperti patung dan juga relief. Lampu yang menjadi awal perubahan pun juga semakin berkembang dengan sangat pesat dengan jumlah varisinya saampi hitungan ratusan jenis. 

Pemerintah yang melihat desa Tumang sebagai salah satu aset wilayah penghasil kerajinan yang dikenal baik lokal maupun internasional pun merespon dengan menjadikan Tumang sebagai desa wisata kawasan industri. Hal tersebut tentu saja membuat perkembangan kerajinan tembaga dan kuningan di tumang menjadi sangat pesat dan terkoordinir. Para perajin menjadi lebih mudah untuk menawarkan produknya dan merasa di perhatikan pemerintah. 

Produk kerajinan tembaga dan kuningan pun melebar sampai ke bidang bidang yang lebih komplek. Para perajin mulai berani menyasar sektor sektor yang dinilai memiliki prospek untuk di sasar sebagai pangsa pasar yang menjanjikan. Mulai produk chafing dish yang menyasar wisata kuliner, pembuatan produk produk yang menyasar tempat tempat ibadah seperti lampu masjid, pintu masjid, kubah masjid dan juga ornamen masjid yang sangat menarik. Setiap ada peluang yang bisa dibuatkan produk tembaga dan kuningan selalu bisa di gunakan dengan baik oleh para perajin tembaga dan kuningan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun