Mohon tunggu...
Hubertus Lajong
Hubertus Lajong Mohon Tunggu... Guru - a chemistry taecher
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

belajar di pendidikan kimia Universitas palangka raya (UPR)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolahku seperti Museum Tanpa Pengunjung

22 April 2020   05:16 Diperbarui: 22 April 2020   05:40 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Hubertus Lajong

Tak seperti biasanya, Setiap hari saya bangun tidak tentu kadang jam 03.00 pagi bahkan bisa jam 06.00 pagi, setelah bangun terkadang saya menyibukkan diri untuk olahraga di dalam kamar sejenak untuk merenggangkan otot-otot yang masih kaku agar tidak malas dan mager, kemudian saya membersihkan kamar.

Setelah waktu menunjukan pukul 06;30 saya langsung mandi, setelah itu saya setiap hari selalu menyempatkan diri untuk sarapan pagi, kemudian saya berangkat ke sekolah,"seperti itulah aktivitas ku". Namun kini seperti kenangan yang ditelan arus.

Semenjak pandemi penyebaran covid-19 ini serasa semua jadi kacau,bukan hanya menyerang kebebalan tubuh kita bahkan merubah schedule atau rencana yang sudah jadwalkan. Kini ia mengacaukan belajar kita yang semula menyenangkan menjadi menyedihkan.

Saat mendikbud menyerukan anak sekolah dan mahasiswa belajar di rumah, di rumah saja dengan tetap mengerjakan tugas-tugas akademik secara online, rasanya semakin resah dan gelisah. Resah bukan hanya soal ekonomi yang mengharuskan kita untuk membeli kuota internet  tetapi juga kurang memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru atau pun dosennya.

Memang ensensi belajar mengajar, baik secara tatap muka di kelas maupun dilakukan secara daring, adalah dialog. Apapun metode (methods) dan alat (tools) yang digunakan dalam pembelajaran daring, dialog menjadi esensi yang seharusnya diperhatikan.

Bagi kampus dan sekolah yang mungkin memilki sarana yang mencukupi untuk mejalankan pembelajaran daring ini mungkin tidak perlu dipikirkan lagi akan tetapi bagaimana dengan kampus dan sekolah yang tidak ada kesiapan dalam hal ini.Itulah yang terjadi saat ini,bukan soal mau tidak mau dan suka tidak suka kita tetap dijalani.

Bagaimana dengan sekolah dan kampus ? mungkinkan menjadi gedung  tua ? gedung yang biasanya penuh dengan keramaian,gedung yang sebelumnya selalu membuat cerita canda tawa,suka duka bersama teman-temanku kini harus berdiri seperti museum tanpa pengunjung.

Walaupun dalam sistem penilaian proses hasil hasil belajar (PHB), gedung bukanlah  suatu instrument penilaian akan tetatpi keterlaksaan instrumen penilaian itu perlu ada wadah atau tempat.

Akan tetapi keadaan ini juga mempunyai sisi positif dalam kegiatan proses belajar mengajar kita, dimna keadaan ini mengharuskan para dosen dan guru untuk mengoprasikan program komputer dan mampu menggunakan aplikasi yang kekinian itu.dosen dan guru yang sebelumnya awan internet apalagi mengoprasikan aplikasi kini harus belajar dan bisa dengan waktu yang bisa dibilang singkat.

Kemudian sisi positif bagi siswa salah satu adalah tidak mengahabiskan kuota internetan dengan sia-sia, kuota yang mungkin sebelumnya mereka habiskan untuk bermain game online ataukah media social seperti facebook,twitter,instagram kini harus harus mengabiskannya untuk searching materi pembelajaran dan tugas yang diberikan dosen dan gurunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun