Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bisakah Sontek-menyontek di Sekolah Diberantas Tuntas?

20 Juni 2011   00:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:21 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_115306" align="aligncenter" width="350" caption="idkf.bogor.net"][/caption] Beberapa minggu terakhir ini berbagai berita baik di media cetak maupun elektronik didominasi peristiwa pencontekan massal yang terjadi di tingkat Sekolah Dasar. Benar-benar memprihatinkan sekali ya, tapi menurut saya praktek semacam ini sudah tidak aneh dan biasa terjadi di sekolah-sekolah. Hanya saja tidak terekspos oleh media massa saja. Di antara kita pun, pada saat zaman sekolahan dulu pasti pernah terlibat dalam praktek semacam ini, meskipun secara tidak langsung. Hayoo ngaku aja?!! Hehehe. Sejak zaman saya SD sampai lulus kuliah, saya sering sekali melihat praktek contek-mencontek di antara teman-teman sekelas. Hampir di tiap ulangan atau ujian pasti ada saja yang berbuat curang. Tapi ya begitu saja, meskipun kadang-kadang ketahuan juga oleh pengawas atau guru sekolah, tetap saja tidak ada tindakan yang tegas terhadap si pelaku. Mencontek itu memang identik dengan berbuat kecurangan. Tapi sebelum kita memberikan vonis ‘salah’ kepada si pencontek, kita terlebih dahulu harus tahu batasan yang dikategorikan ‘mencontek’ itu seperti apa sih? Kadang-kadang saya juga masih bingung. Kalau membuka buku atau membuat catatan kecil, lalu dibuka di saat ulangan/ujian, itukan jelas-jelas curang. Kecuali kalau ujiannya memang ‘open book’ ya, itu sih gak apa-apa, tapi jawabannya biasanya malah gak ada dalam textbook. Melihat dan mencontoh jawaban milik teman juga bisa disebut menyontek. Atau misalnya guru yang ngasih bocoran soal ke murid-muridnya. Ini juga sudah jelas tidak dibenarkan. Lalu bagaimana dengan kasus kerja sama antar siswa di saat ulangan, termasuk kategori mencontekkah? Terus-terang saya anti mencontek dan tidak pernah buka buku/catatan pada saat ulangan, apalagi meniru jawaban teman. Tetapi ada hal yang tidak bisa dihindari waktu saya sekolah dulu, yaitu sering jadi sumber contekan. Seringkali teman-teman memberikan kertas kecil berisi nomor-nomor yang harus saya tuliskan jawabannya. Sebenarnya saya gak mau dan sebel banget tuh. Masalahnya kalau ketahuan pengawasnya, bisa jadi malah saya yang dituduh minta jawaban. Tapi kadang-kadang kasihan juga, makanya jawabannya tetap saja saya kasih tapi walaupun tidak saya tuliskan semuanya. Bahkan ada tuh teman sekelas dulu yang duduk persis di depan saya, jawabannya hampir semuanya sama dengan jawabanku karena selalu menengok ke arah jawabanku. Saya sih waktu itu pasrah aja, yang penting bukan saya yang nyontek. Gurupun sebenarnya tahu kalau temanku ini menyontek jawaban saya karena nilainya tiba-tiba menjadi bagus dibanding sebelumnya. Menghadapi hal-hal semacam ini memang seperti buah simalakama, antara solidaritas terhadap teman dan kejujuran. Kalau bicara masalah salah atau dosa, ya sebenarnya sayapun berdosa karena sudah memberikan peluang kepada teman untuk tidak jujur. Kalau inget sekarang sih kayaknya gak mau lagi deh ngasih-ngasih jawaban ke teman. Makanya saya salut juga sama teman yang benar-benar tidak mau kerja sama pada saat ulangan/ujian, meskipun nantinya bakal dikatakan ‘tidak solider’ terhadap teman. Motivasi mencontek juga bermacam-macam lho. Bukan hanya siswa bodoh atau kurang pandai saja yang menyontek. Kadang-kadang siswa pintar pun bisa menyontek karena gengsi gak bisa jawab soal ujian, takut nanti bakal dapat nilai jelek padahal dia seorang juara kelas. Dulu ada teman saya waktu SMP, dia termasuk rangking 3 besar. Suatu hari ada ulangan dadakan, dan sepertinya tidak ada siswa yang belajar termasuk dia. Kalau saya sih sudah pasrah, mau dapat jelek juga gak apa-apa. Tapi sewaktu ulangan saya memperhatikan temanku ini yang kebetulan duduk di depan saya, dia pura-pura membuka tas. Tapi koq sering banget ya, eh rupanya dia sedang mengintip buku catatannya. Saya tahu persis tapi saya diam saja. Habis bingung sih mau diapain. Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi peluang seseorang itu untuk mencontek. Yang lebih parah, mencontek itu seperti sudah jadi kebiasaan yang membudaya di kalangan siswa. Bahkan saking parahnya budaya mencontek ini, sampai-sampai ulangan Agama Islam saja ada yang buka buku, dan yang disuruh membuka buku itu siswa yang beragama lain. Saya ingat sekali kejadian ini ketika kelas 3 SMA, teman-teman saya yang berada di deretan kursi belakang pada ribut semua. Untung saya duduk paling depan sehingga gak ikut-ikutan. Kacau banget gak sih kalau sampai ulangan agama aja nyontek?!! Yang mengherankan, sebenarnya si guru itu tahu kalau siswa-siswinya mencontek tapi dibiarkan saja. Harusnya kan bisa memberikan sangsi yang tegas. Tapi bagaimana bisa memberikan hukuman yang tegas kalau ternyata dia juga terlibat. Dulu saya punya pengalaman sewaktu kelas 3 SMP, ujian Pendidikan Jasmani dan Kesehatan harus diulang gara-gara ketahuan soal ujiannya bocor. Rupanya si guru itu membocorkan soal ke beberapa siswa yang memang sanggup membayar ke guru Penjaskes itu. Bener-bener guru mata duitan deh. Kadang-kadang guru juga memberikan nasehat yang menjerumuskan. Contohnya saja ketika menjelang ujian EBTANAS kelas 3 SMA dulu, ketika saya dan beberapa orang sedang berpapasan dengan guru biologi. Beliau malah menyuruh kami berbagi-bagi jawaban pada saat ujian. “Ayolah nanti pas ujian tolong dikasih tau temen yang gak bisa jawab soal, jangan pelit-pelit ya”. Nah inikan sama saja menyuruh muridnya untuk kerja sama secara tidak langsung. Lalu ada juga seorang guru kimia yang memberi kisi-kisi soal, dan soal itu hampir mirip dengan soal ujian yang keluar di EBTANAS. Saya tidak tahu apakah sebenarnya ini diperbolehkan atau tidak, yang jelas waktu itu banyak teman yang terangkat nilainya di ujian kimianya. Memang susah ya, guru juga dituntut supaya nilai-nilai siswanya bagus, padahal tidak semua siswa sebenarnya mampu mencapai nilai bagus/lulus ujian. Susah juga kan kalau banyak yang tidak lulus, nanti malah banyak yang mengulang lagi. Akhirnya segala cara dilakukan supaya siswanya bisa lulus meskipun dengan cara-cara yang tidak jujur. Sekarang kembali lagi ke pertanyaan semula, apakah bisa praktek contek-mencontek di sekolah diberantas tuntas? Mungkin jawabannya : agak susah ya selama orientasinya hanya mendapatkan nilai bagus atau lulus ujian, ini bisa seperti lingkaran setan saja dan sukar sekali untuk diputuskan. Tapi gak susah koq kalau tiap-tiap individu menyadari kalau nilai itu bukan tujuan dari ujian, dan segala sesuatu pasti nanti akan dimintai pertanggungjawaban. Harus disadari oleh semua pihak mulai dari siswa, orang tua siswa, guru, bahkan pejabat sampai menterinya bahwa nilai di hadapan Allah SWT itu lebih dan paling penting termasuk nilai kejujuran. Kalau sudah begini, pasti deh gak akan ada lagi kasus contek menyontek dalam ujian sekolah apalagi praktek menyontek massal. Semoga bermanfaat. Bogor, 20 Juni 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun