Mohon tunggu...
Inspirasinews
Inspirasinews Mohon Tunggu... Ilmuwan - Arwan Syahputra

Idealisme adalah Kemewahan terakhir yang dimiliki pemuda. (Tan Malaka -Bapak republik yang terlupakan)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Panggil Aku si Manja

18 Februari 2019   00:45 Diperbarui: 18 Februari 2019   00:47 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manja, kata yang identik dengan perempuan ini sering diartikan sebagai seorang anak yang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dari pada anak lainnya pada orang tua nya, sehingga dalam melakukan apapun dia selalu menjatuhkan pekerjaan itu pada orang tua nya. 

Namun dalam hal ini bukanlah manja seperti itu yang akan diulas, bukanlah manja yang hanya direalisasikan oleh perempuan, namun seluruh kaum termasuk lelaki di dunia ini. Manja dalam hal ini adalah ciri orang yang tidak mau keluar dari zona nyaman, seluruh kesibukannya selalu dituangkan  pada sesuatu yang berbau ketergantungan, dan upaya dalam kehidupan sangatlah rendah.

Setiap manusia memiliki upaya tersendiri dalam menjalankan kehidupannya, seseorang dapat melakukan apa saja dalam sebuah pencapaian yang ia inginkan. Berani dalam bertindak, bertanggung jawab dalam resiko dan pantang menyerah adalah sesuatu yang harus diterapkan oleh setiap manusia. 

Namun tidak dengan si manja yang selalu menggantungkan hidup nya pada orang lain. Seseorang yang tidak mau keluar dari zona nyaman akan terus selalu menggerogoti tenaga orang sekelilingnya untuk membantu dia dalam melakukan hal apapun. Bertadah tangan menunggu hasil yang akan diberikan adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan. 

Dalam hal ini si manja tidak akan pernah merasa bahwa dirinya sedang membebankan orang lain yang pada hakikatnya juga memiliki urusan dan kesibukan masing-masing.

Manja dalam menjalankan kehidupan termasuk dalam ketegori seorang yang pemalas, yaitu enggan melakukan usaha-usaha dalam menjalankan kehidupan. Pelaku manja dalam hal ini akan terus terlena dengan apa-apa yang telah diberikan kepadanya, jika ia seorang karyawan maka terbuai dalam waktu adalah hal yang sudah menjadi lumrah baginya, dan apabila ia seorang mahasiwa maka membayar orang lain untuk menyelesaikan tugasnya adalah rutinitas yang selalu dilakukannya. 

Seseorang yang selalu menggantungkan diri pada orang lain tidak akan pernah merasakan arti dari sebuah usaha dan jerih payah, yang ia lakukan hanyalah berfikir dan terus berfikir tentang siapa yang akan ia jadikan tempat bergantung berikutnya.

Enggan untuk keluar dari zona nyaman akan berdampak buruk bagi kehidupannya sendiri. Dengan perilaku yang seperti itu orang-orang akan merasa tidak percaya untuk memberikan amanah dalam melakukan suatu pekerjaan kepadanya. 

Disisi lain orang-orang sekelilingnya akan mulai menjauhi karena tak ingin menjadi korban atas segala tugas-tugas yang ia punya. Lambat laun si pelaku manja akan mulai kesusahan dalam menjalankan apa-apa yang sudah menjadi kewajibannya karena selama ini semua nya selalu ia bebankan pada diri orang lain.

Setiap manusia pasti memiliki target masa depan yang sudah menjadi impian, maka dari itu keluar dari zona nyaman adalah hal yang memang harus dilakukan. Tak perlu takut dalam mengambil tindakan, tak perlu bergantung dengan orang lain dalam menjalankan segala urusan. Keluarlah dari zona nyaman karena itu akan mengantarkan mu pada sesuatu yang baik dimasa yang akan datang, karena sejatinya usaha dengan proses panjang akan lebih memberi banyak pelajaran dari pada sesuatu yang diperoleh secara instan.

Wanda Handayani

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun