Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sudahlah Jangan Berantem Terus, Kapan Mau Damainya

14 Oktober 2018   14:07 Diperbarui: 14 Oktober 2018   14:28 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: liputan6.com)

Kalau boleh diamsalkan, kondisi dan situasi para elit yang berada di dua kubu pasangan capres-cawapres yang akan bertarung dalam Pilpres April 2019 mendatang, sepertinya tidak jauh berbeda dengan anak-anak kecil yang sedang bertengkar dengan sesamanya karena saling berebut mainan.

Betapa tidak, tatkala pihak yang satu nyinyir menyerang kubu yang lainnya dengan kata-kata, tentu saja maka kubu yang diserang pun dengan spontan meng-counter-nya dengan kata-kata yang tak kalah pedasnya.

Terlebih lagi manakala salah satu anak kecil itu... Eh, maksudnya: Kubu! Iya kubu yang getol menyerang kubu yang satunya lagi itu terjatuh karena kepleset menginjak kulit pisang yang licin... Eh, kepleset lagi! Maksudnya terbuka kebohongannya, maka kubu lawan pun bertepuk tangan, sambil bersorak-sorai dengan begitu gegap-gempitanya. Seakan mensyukuri malapetaka yang menimpa musuhnya tersebut.

Bagaimana pun kalau masih bertingkah seperti bocah, negeri ini bisa-bisa akan berantakan. Malahan tidak menutup kemungkinan akan hancur sebagaimana diramalkan capres nomor urut 02, Prabowo Subianto yang konon hasil mengutip dari buku fiksi itu.

Ataukah justru ramalan yang hasil nyontek mantan menantu penguasa rezim Orde Baru itu memang yang dikehendaki para elit, termasuk kubu Prabowo sendiri, ingin menghancurkan negeri yang dibangun dengan mengorbankan jiwa dan raga serta darah para Founding Father, dan orang tua, juga kakek-nenek kita?

Entahlah, tetapi yang jelas, deklarasi yang sudah disepakati kedua kubu capres-cawapres tempo hari,  jangan hanya sekedar pemanis bibir, dan memenuhi permintaan KPU (Komisi Pemilihan Umum) belaka. Melainkan wajib hukumnya untuk diimplementasikan dengan penuh kesungguhan oleh semua pihak.

Walau pun memang di negeri ini kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dilindungi oleh undang-undang, namun apabila bicaranya asal njeplak, asal bunyi, enak di gue gak enak di elu, alias tanpa etika dan kesopanan, apalagi sampai menebar fitnah dan kebohongan, maka undang-undang lain pun terkait hal itu akan siap menghadang.

Tidak hanya itu saja. rakyat pun menyaksikan tingkah laku elit yang seperti itu, sudah merasa lelah, dan muak. Karena sama sekali bukannya mendidik ke arah yang lebih baik. Tetapi justru sebaliknya, Sila ke-3 yang berbunyi "Persatuan Indonesia" malah sedang diobrak-abrik oleh para elit.

Kalau terus-menerus seperti begitu, ngomong asal bunyi, dan menebar kebencian tanpa alasan yang jelas, maka rakyat pun akan semakin tahu kedunguan, dan ceteknya mindset  yang mengaku-aku elit tersebut.

Oleh karena itu, akan lebih baik dan elegan jika bicara program saja, bagaimana caranya agar negeri ini bisa sejajar dengan negara lain yang sudah terlebih dahulu maju, dan kehidupan rakyatnya terjamin tanpa ada lagi yang  berkutat di dalam kemiskinan.

Silahkan buktikan kalau kalian memang calon pemimpin yang memiliki wawasan luas, dan menjadi pilihan rakyat Indonesia yang sebenar- benarnya. Bukan bermain politik tengik seperti sedang adu-jangkrik. Karena rakyat bukan untuk dibodohi, melainkan supaya pintar dan cerdik. paling tidak bagaimana cara mencari duit, tentunya dengan cara yang baik. Bukan dengan cara-cara yang kotor seperti perilaku koruptor. 

Cag ah! ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun