Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tampaknya Sekarang Ini PDIP Mulai "Lunak" terhadap Anies (?)

5 Juni 2020   07:16 Diperbarui: 5 Juni 2020   07:20 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: makassar.tribunnews.com

We have no eternal allies, and we have no perpetual enemies. Our interests are eternal and perpetual, and those interests it is our duty to follow. - Lord Palmerston.

 DALAM politik tidak ada teman atau musuh yang abadi. Yang ada adalah kepentingan yang abadi. Mereka yang ingin bertahan lama dalam politik dituntut untuk fleksibel mengikuti jalan kepentingan abadi yang dinamis.

Kira-kira begitulah yang ingin disampaikan Henry John Temple Palmerston, mantan Menteri Luar Negeri Inggris, 1846-1851.

Sementara yang dimaksud kepentingan dalam politik tersebut, tak lain adalah kepentingan dalam meraih kekuasaan. Lantaran dengan kekuasaan itu pulalah mereka, para politikus, akan menguasai segala yang dicita-citakannya.

Dalam kancah politik domestik maupun di tingkat nasional, kita selalu menyaksikan bagaimana drama yang dipertunjukkan antara satu pihak, dengan pihak yang lainnya manakala tengah berebut kursi dalam sebuah kontestasi, misalnya dalam Pemilukada, sampai Pilpres yang selama ini dilaksanakan secara langsung.

Antara kontestan yang satu dengan pesaingnya, sudah tidak sebatas saling beradu program, dan visi serta misi saja, tetapi bahkan hingga terkesan sedang terjadinya suatu perseteruan tingkat tinggi. Betapa tidak, norma dan etika, serta adab kesopanan seakan sudah tidak dikenal lagi dalam kamus mereka. 

Mencampuradukkan halal dan haram, maupun melanggar segala aturan perundang-undangan yang sudah ditentukan pun sepertinya sudah menjadi suatu kewajaran. Prinsip menghalalkan segala cara demi menggapai kuasa, seolah hanya itu saja yang tertanam di dalam kepalanya.

Demikian juga pasca-kontestasi, seringkali perseteruan antara kontestan yang meraih kemenangan dengan yang jadi pecundang masih terus berlanjut. Terlebih lagi apabila sang pemenang tak mampu membangun komunikasi untuk mengajak kembali berdamai, dan bekerja sama dalam suatu koalisi misalnya, dengan bekas pesaingnya itu.

Seperti yang selama ini disaksikan publik di dalam pemerintahan di DKI Jakarta. 

Bermula dari Pilkada DKI Jakarta juga, manakala pasangan Cagub dan Cawagub Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat yang diusung PDI-P bersama koalisinya, bersaing berebut kursi dengan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, yang diusung partai Gerindra dan koalisinya, dan kemudian dimenangkan oleh pasangan yang disebut terakhir tadi.

Apa yang terjadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun