Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapa yang Layak Mendampingi Ridwan Kamil?

9 November 2017   19:11 Diperbarui: 9 November 2017   20:58 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ridwan Kamil bersama Bupati Tasikmalaya, Uu Ruzhanul Ulum didampingi Ketuaa Umum dan Sekjen PPP (Foto: Kompas.com)

Itulah pertanyaan belakangan ini yang ramai dibicarakan setelah Walikota Bandung, Ridwan Kamil, mendapat sokongan dari koalisi empat parpol (partai NasDem, PKB, PPP, dan Golkar) untuk maju di Pilgub Jawa Barat 2018 mendatang.

Di satu sisi, Ridwan Kamil sudah bisa bernapas lega setelah mendapat dukungan suara dari empat parpol yang memiliki 38 kursi  di DPRD. Tetapi di sisi lain, bisa jadi dengan munculnya beberapa nama yang disodorkan parpol pendukung membuat RK kebingungan. Bagaimanapun dari empat parpol pendukung, tiga parpol di antaranya, yaitu PKB, PPP, dan partai Golkar yang muncul belakangan akan keukeuh dengan masing-masing  jagoannya sebagai kandidat paling layak mendampingi RK.

Memang beberapa waktu lalu, Ridwan Kamil pernah melontarkan pernyataan. Untuk bakal calon pendampingnya dalam Pilkada Jawa Barat 2018, paling tidak harus memiliki dua syarat. Disamping memiliki elektabilitas mumpuni, juga harus punya pengalaman di birokrat. Untuk sementara, syarat itu mungkin sudah ada dalam genggaman Bupati Tasikmalaya, Uu Ruzhanul Ulum.

Bahkan popularitas UU tidak hanya di Kabupaten Tasikmalaya saja. Baru-baru ini sebuah survey yang dilakukan sebuah koran lokal yang beredar di wilayah Priangan timur, yang meliputi Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, Garut, Pangandaran, Kota Tasikmalaya, dan Banjar, cucu dari ulama kharismatik Almarhum KH Choer Afandi, pimpinan ponpes Miftahul Huda, itu meraih dukungan suara kedua terbanyak di kalangan pemilih pemula. Sementara suara paling tinggi masih dikuasai Ridwan Kamil yang diharapkan bakal didampingi Kang Uu.

Hanya saja, persoalannya tidak semudah itu. Karena baik PKB maupun partai Golkar pun masing-masing memiliki penilaian tersendiri terhadap kader yang disodorkannya sebagai bakal calon yang layak mendampingi RK.

Misalnya saja PKB santer terdengar menggadang-gadang  Ketua DPW PKB Jawa Barat Syaiful Huda, anggota Dewan Syuro PKB, Maman Imanulhaq, hingga Sekretaris Fraksi PKB di DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal.

Sedangkan PPP sudah haqqul yaqin untuk menjagokan Bupati Tasikmalaya, Uu Ruzhanul Ulum. Sementara partai beringin usai 'mendepak' Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi,  yang menurut beberapa survey meraih popularitas urutan kedua di bawah Ridwan Kamil, malah menyodorkan Daniel Muttaqien Syaifuddin, anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi partai Golkar. Daniel adalah anak mantan Bupati Indramayu, Irianto M.S. Syaifuddin alias Yance.

Maka suka maupun tidak, di dalam menentukan siapa bakal calon wakil gubernur pendamping RK yang paling layak, diprediksi akan menjadi suatu masalah yang cukup rumit. Selain sikap keukeuh masing-masing parpol, ditambah lagi dengan fanatisme pendukung di akar rumput, tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan gesekan  yang lumayan fatal. Sehingga  pada ahirnya bakal terjadi chaos, perpecahan yang sulit dihindarkan. Maka dalam kondisi seperti itu, yang bakal kecipratan "pulung", alias rejeki nomplok adalah rival RK. Sementara RK sendiri malah terpuruk, dan hanya bisa ngegel curuk (Gigit jari).

Oleh karena itu, untuk menghindarkan diri dari kemungkinan-kemungkinan paling buruk seperti di atas, sudah saatnya untuk melepaskan jubah ego yang acapkali melekat pada masing-masing parpol pendukung. Berilah warga Jawa Barat sebuah atraksi politik yang cantik dan ciamik. 

Adalah dengan mengedepankan etika politik yang terpuji. Paling tidak dengan melakukan komunikasi, atawa silaturahmi, ditambah dengan duduk bersama adalah sikap yang paling baik untuk memecahkan masalah yang terjadi.

Karena bagaimanpun, rakyat sudah lelah dan jengah menonton aksi elit politisi selama ini. Sementara para elit politisi sendiri seolah tidak sadar. Jaman kiwari bukan lagi jaman bihari.Rakyat jaman nowsudah bisa membedakan mana rayuan gombal, dan sikap calon yang mau dekat saat butuh dukungan, serta mana calon pemimpin yang benar-benar mencintai rakyatnya tanpa perhitungan untung dan rugi.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun