Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Darurat Bunuh Diri Karena Covid-19, PM Jepang Tunjuk Menteri Urusan Kesepian

20 Februari 2021   12:46 Diperbarui: 21 Februari 2021   19:17 2898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PM Jepang Yoshihide Suga Menunjuk Menteri Kesepian I Gambar : Japan Times/ KYODO & Anthony Tran/ Unsplash via Worldbuzz

Bagi PM Theresa May, urusan kesepian itu sesuatu yang serius dan perlu diatasi dan dipikirkan cara mengatasinya. May  menyebut  kesepian dengan frasa, 'realitas menyedihkan dari kehidupan modern'.

"Untuk begitu banyak orang, kesepian adalah realitas menyedihkan dari kehidupan modern," sebut May, pada Rabu (17/1/2018).

Fokus Inggris saat itu adalah kepada warga lanjut usia, orang yang baru pensiun, para relawan di tempat yang sunyi, atau untuk warga yang kehilangan orang-orang tercinta, meninggal atau putus dari kekasih-- yang tidak punya orang lain untuk diajak berbicara atau berbagi pikiran dan pengalaman mereka

Jika diperhatikan, maka kompleksitas yang dihadapi di Inggris dan Jepang tentu saja berbeda. Di 2018, saat itu pandemi belum melanda, sehingga persoalan itu menjadi persoalan keseharian, namun di Jepang, ini sebagai masalah global yang membuat negara perlu menyelesaikannya dengan cara yang khusus.

Jepang mungkin tahu  bahwa PHK masal adalah cara yang mesti dilakukan karena krisis global yang hulu permasalahannya masih terus dicari jalan keluarnya, karena itu Jepang merasa bahwa untuk menunggu ini normal kembali, warga bisa dipulihkan, dihibur, diberi kekuatan daripada depresi dan meninggal dunia.

Bagaimana di Indonesia? Realitanya, bunuh diri khusunya berkaitan dengan masa pandemi Covid-19 tetap ada, semisal karena PHK ataupun yang paling viral adalah pasien yang bunuh diri ketika sedang dirawat.

Meski angka-angka ini belum terpublikasi, namun rasanya mesti dilakukan upaya pencegahan ataupun penanganan kepada orang atau warga yang rentang terhadap depresi dan memicu bunuh diri, saat pandemic covid-19 ini.

Solusinya mungkin tidak perlu sampai menunjukan seorang menteri khusus untuk itu, karena kita tahu bersama menambah posisi atau jabatan bisa jadi menambah potensi konflik dan tindakan kontraproduktif lainnya, seperti korupsi dll.

Lebih efektif jika  layanan-layanan seperti bantuan terkait Kesehatan mental harus disiapkan dan digalakkan di setiap tempat.

Bukan saja menyediakan psikiater yang selama ini bertugas untuk memberikan konseling kepada orang-orang yang terinfeksi COVID-19 atau yang sedang menjalani isolasi atau dikarantina, tapi juga bantuan konseling kepada kelompok orang yang terkena PHK atau pemotongan upah kerja akibat pandemi.

Edukasi dan bantuan seperti ini diharapkan dapat  mencegah terjadinya stres dan bahkan bunuh diri. Sembari berharap, saling menguatkan antar anggota masyarakat juga terus terjadi, dengan berbagi semangat positif agar memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan bertahan di tengah perubahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun