Blusukan dan membantu tunawisma. Saya pikir ini adalah dua hal terhot yang dapat menjelaskan sepak terjang dari mantan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) yang kini menjabat sebagai , Menteri Sosial (Mensos).
Risma memang terkenal berani dan cepat. Jakarta seperti "diobrak-abrik" ketika dirinya menjadi Mensos. Risma datang ke kolong-kolong jabatan, melihat kondisi sosial masyarakat bawah yang perlu mendapat bantuan dan mencoba berteman dengan tunawisma.
Di tengah riuh, gemerlap Jakarta, Risma datang bagai sosok pahlawan, yang membantu sekaligus memperlihatkan keadaan yang sesungguhnya. Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk kebaikan Jakarta, dan tentu bangsa ini.
Inilah yang membuat saya pantas menyebut Risma sebagai Wonder Woman. Â Tak banyak orang yang berani dan cepat melakukan berbagai terobosan. Blusukan dianggap biasa tapi tak banyak yang dapat konsisten melakukan ini, di tengah satir atau sindiran banyak pihak.
Terakhir, media menyorot lebih dekat ketika Risma menemui tunawisma di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat. Ternyata hal ini mengundang perhatian serius dari Gubernur Jakarta, Anies Baswedan dan jajarannya.
Terpetik kabar bahwa Anies meminta agar Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) DKI Jakarta Irmansyah segera mengecek sosok tunawisma yang ditemui oleh Risma. Mengapa demikian?
Kabar lain sepertinya ditautkan tendensius. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengaku baru mendengar ada tunawisma di kawasan Sudirman-Thamrin seperti temuan Risma saat blusukan.
Apakah gubernur Anies dan jajarannya menilai bahwa ada sesuatu yang mencurigakan dibalik blusukan dan ekspos terhadapnya?
Hal ini terlihat ketika  media mengendus ada ketidakcocokan di awal terobosan Risma ini, bahkan mengekspos hal ini.
Saya pikir tidak juga demikian, bahkan untuk menentramkan suasana, saya berpikir jika Risma adalah wonder woman, Anies adalah Batman, lelaki kelelawar yang siap melakukan apa saja untuk kebaikan Jakarta.
Saya tidak akan bicara lugas bahwa ini persaingan politik. tidak. Hanya memang ketika dua orang bertemu dan yang satu bersifat superhero dan yang satu ingin menjadi superhero maka akan ada konflik di dalamnya. Hero itu tak perlu super, karena yang super itu biasanya hanya satu di satu tempat dan tidak banyak.