Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Juventus Kunci Gelar Scudetto untuk Kesembilan Kali Secara Beruntun

27 Juli 2020   05:37 Diperbarui: 27 Juli 2020   05:45 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Juventus Scudetto musim 2019/2020 I (Photo by Marco Bertorello / AFP)

Setelah peluit panjang dibunyikan, Bos Juventus Andrea Agnelli langsung memeluk Pavel Nedved dan Fabio Paratici ,mereka tertawa bahagia dan sesekali menggempalkan tangan tanda lega dan puas.

Di lapangan, sang Kapten Leonardo Bonnuci menginisiasi untuk membuat lingkaran, berpegangan tangan dengan pemain Juventus lainnya, bernyanyi dan melompat kegirangan. Setelah kurang lebih semenit melakukan hal itu, mereka berpelukan satu sama lain.

Meski aneh karena tanpa teriakan penonton, anthem yang dinyanyikan bersama dengan puluhan ribu Juventini, namun Juventus pantas gembira.

Raihan ini adalah gelar scudetto La Vechia Signora yang ke-36 dan juga adalah raihan kesembilan secara beruntun, sebuah rekor fantastis di Italia dan rasanya akan sulit dipecahkan minimal dalam satu dekade ke depan.

Namun, meski mengunci gelar dengan pekan masih tersisa dua pertandingan, harus diakui jalan menuju scudetto musim ini terlihat tak mudah bagi Juventus.

Dimulai dari transisi pergantian pelatih dari Massimiliano Allegri ke Maurizio Sarri yang tak berjalan mulus. Alasan utama pergantian allenatore ini bagi bos Agnelli adalah membuat Juventus tampil lebih menghibur dengan Sarriball yang mirip gaya Pep Guardiola.

Persoalan besar muncul, mulai dari pemain Juventus yang masih kaku dalam beradaptasi dengan gaya menyerang ini, yagn akhirnya menimbulkan ketidakseimbangan dalam tim. Juventus selalu kesulitan menghadapi serangan balik lawan, dan akhirnya kebobolan.

Ini tentu saja berbeda dengan gaya Max Allegri yang dapat dibilang sedikit pragamtis, bertahan tetapi lebih aman dari segi permainan.

Akibatnya Juventus terengah-engah dan membuat klub rival seperti Inter Milan atau Lazio sempat mengejar dan bahkan sementara menduduki singasana klasemen.

Syukur bagi Juventus, di tengah kesulitan itu, klub rival juga mengalami masalahnya sendiri. Ketika Juventus kalah, rival juga kalah, jika Juventus seri, rival bahkan mengalami kekalahan.

Ada apa dengan para rival? Antonio Conte sebagai pelatih baru Inter Milan memang mampu membuat Inter tampil lebih baik dari musim lalu, tetapi tak cukup untuk membuat Inter menjadi juara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun