Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi) berulang tahun, sudah 59 tahun dianugerahi kehidupan oleh Yang Mahakuasa.
Apa ada yang istimewa menginjak 59 tahun itu? Tentu saja ada, bukan di 59 tahun saja, tetapi tentu setiap tahun, ketika setiap insan yang fana sadar bahwa usia panjang ada di tanganNya.
Perenungan tentang kehidupan saat pertambahan umur atau berulang tahun biasanya adalah yang paling berkesan. Ada cerita-cerita yang mengingatkan di masa lalu yang kembali diutarakan untuk mengingat bahwa kehidupan hari ini, dimana hidup menuju senjanya terjadi karena titik-titik sejarah yang telah dilewati.
21 Juni 1961 di RS Brayat Minulyo di Surakarta, Sujiatmi dan Wijiatno Notomiarjo gembira sekali, setelah seorang anak laki-laki lahirnya. Kegembiraan karena inilah anak pertama mereka.
Padahal kehidupan mereka tidaklah mujur untuk menyambut kelahiran sang anak, mereka bukan keluarga borjuis, tetapi hanyalah keluarga miskin. Tetapi ucapan syukur tidaklah soal kaya dan miskin bukan?
Anak laki-laki ini lalu diberi nama Mulyono. Sayang, entah mengapa Mulyono tidak bertumbuh dalam sehat, malah sering sakit-sakitan. Dalam kesederhanaan Sujiatmi dan Wijiatno, mereka amat menyayangi Mulyono, kesederhanaan yang membuat mereka berpikir bahwa nama Mulyono terlalu berat diemban anak mungil ini.
Ya, menurut kepercayaan Jawa tradisional, jika ada anak yagn sakit-sakitan, maka jalan paling mudah adalah mengganti namanya. Pilihannya adalah nama Joko, Joko Widodo. Syukur kepada yang Ilahi, Joko yang awalnya Mulyono ini bertumbuh sehat.
Meski kurus dan kecil, Joko menjadi anak periang. Cerita ibunya, di masa kecil Joko adalah anak periang, bahkan terkadang iseng pada ibunya, Sujiatmi. Tukang bakso keliling sering dikerjain untuk dipanggilnya, meski tak punya uang, ibunya lalu terpaksa membelikan bakso untuk Joko kecil.
Joko memang dekat pada Ibu Sujiatmi, sehingga ketika sang Ibu meninggal pada 25 Maret 2020, Jokowi sangat sedih. Wanita yang mengajarkan kepada Jokowi tentang kesederhanaan telah pergi.
Tak banyak yang dapat diceritakan tentang Wijiatno, yang telah terlebih dahulu wafat pada 23 Juli 2000. Cerita tentang Wijiatno dari Joko adalah soal bekerja keras. Wijiatno memang pekerja keras, apa saja dikerjakannya demi hidup keluarganya.
Sebagai pedagang bambu di pasar, lalu menjadi Sopir angkutan umum dan akhirnya memulai usaha bengkel kayu dikerjakan oleh Wijiatno, lalu kehidupan keluarga menjadi membaik.