Hal ini bertujuan untuk menunggu pergerakan lawan, apakah akan semakin agresif merebut bola atau tidak.
Selain itu, Luhut juga seperti sedang menunggu pergerakan rekan untuk menuju ke posisi yang lebih tepat. Di sepak bola sering menyebutnya dengan ball possession.
Di waktu "jeda" seperti ini, wajar saja ada pertemuan-pertemuan khusus untuk menyiapkan strategi untuk melangkah selanjutnya, lebih cepat untuk menyerang atau menunggu.Â
Mungkin itulah yang sedang dikerjakan oleh Luhut dengan pertemuannya bersama Ahok. Siapa yang tahu?
Peran Luhut harus diakui amat strategis dalam gerak politik pemerintah.Â
Saat menjamu seorang teman yang kebetulan berdarah batak untuk makan daging Se'i yang lezat di Kupang, si teman berulangkali mengatakan berulang kali "otaknya adalah si luhut itu".
Saya cenderung melihat Luhut bukan sebagai "otak" atau "playmaker", alasannya karena peran playmaker amat terbatas dan mudah terlihat pemain lawan, sesuatu yang menurut saya dihindari oleh Luhut selama ini.
Segundo Volante menurut saya lebih taktis, bisa menghubungkan dari lini belakang ke tengah dari lini tengah ke lini depan, dan menurut saya tak kalah penting, dalam menjalankan peran ini, Segundo volante akan siap beradu fisik dengan pemain lawan.
Memang ebih mudah mematikan Paul Pogba daripada N'Golo Kante yang dinamis meski kerap tidak terlihat.
Akan tetapi saya juga harus mengakui bahwa ini hanyalah sebuah analisa politik ringan yang bisa saja keliru.
Mengutip kolomnis  Sindhunata yang mengatakan bahwa politik itu sama dengan sepak bola, sebuah seni yang bermain dengan kemungkinan. Apa saja bisa terjadi.