Kursi panas pelatih MU yang sekarang menjadi milik Jose Mourinho menjadi topik pembicaraan hangat menyusul hasil negatif yang diraih oleh Manchester United (MU).
Nama-nama seperti mantan pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane dan pelatih Hotspurs saat ini, Mauricio Pochettino sebelumnya dianggap menjadi kandidat utama untuk menggantikan Mourinho. Â Tetapi tiba-tiba menyeruak juga nama Antonio Conte ke permukaan untuk menjadi calon kuat pelatih MU.
Meski nama Conte seperti "terpaksa" dimasukan karena tak banyak pelatih hebat yang menganggur saat ini, namun hal ini dapat berarti bahwa eks pelatih Chelsea tersebut dianggap sebagai pelatih yang tepat untuk membangkitkan MU dari mimpi buruknya.
Pertanyaannya adalah apakah Antonio Conte sudah cukup pantas untuk mengemban tugas maha berat tersebut atau dalam kata lain menjadi lebih baik dari Mourinho? Atau malah Conte malah membuat MU semakin menderita?
Untuk menjawab pertanyaan ini, paling tidak kita dapat menggunakan persoalan yang dihadapi Mourinho saat ini sebagai landasannya. Paling tidak ada dua lingkup kecil untuk mempermudah perspektif kita, yakni gaya kepemimpinan--menyangkut konflik dengan Paul Pogba dan juga gaya permainan atau taktik.
Gaya kepemimpinan Jose Mourinho dituding menjadi salah satu alasan menurunnya prestasi MU saat ini. Mou dianggap tidak mampu membuat pemain bermain lebih nyaman secara mental dan psikologis. Puncaknya adalah ketika Mou mau saja terlibat konflik dengan Paul Pogba, pemain termahal yang dimiliki oleh Mou.
Sebenarnya bukan hanya Pogba, ada juga beberapa nama pemain yang diperlakukan sama oleh Mou yang akhirnya berdampak pada penampilan mereka di lapangan.Â
Sebut saja Antonio Martial dan Marcus Rashford. Bahkan perlakukan Mou pada Rashford membuat beberapa media mengatakan bahwa Mou seperti ingin membunuh karir Rashford. Gaya kepemimpinan Mou dinilai otoriter.
Mengapa Mou dapat terus dipertahankan MU? Meski Mou terlihat kontroversial dengan gaya seperti itu, namun untuk beberapa kasus Mou dinilai berhasil. Contohnya, Mou berhasil menenangkan seorang Zlatan Ibrahimovic yang temperamental di awal kepelatihannya di MU, dan juga membuat pemain lain taat kepadanya. Â
Bagaimana dengan Conte? Untuk faktor ini, tidak ada jaminan bahwa Conte akan lebih baik dari Mourinho. Selama melatih Juventus, Chelsea dan Timnas Italia, Conte memang mampu membangkitkan semangat pemain namun relasi Conte dengan para pemain pilar tetap memiliki sedikit kecacatan.
Terakhir, Â Conte tercatat harus meninggalkan luka bagi seorang Diego Costa yang memilih pindah dari Chelsea ke Atletico Madrid karena ketidakmampuan Conte membangun relasi yang baik dengan para pemain. Di Chelsea, bukan saja Costa tetapi fengan Fabregas dan juga David Luiz, Conte menciptakan hal serupa.Â