Pria berwajah keras dengan uban yang memenuhi rambutnya bernama Juup Heynckes itu terlihat tenang dalam kegembiraan, tak berlebihan. Sembari tersenyum dia mulai memeluk satu per satu assistennya di bench. Tak terkecuali barisan pemain seperti Arturo Vidal dan David Alaba yang membalas pelukannya dengan hangat.
Mungkin mereka mau mengangkatnya keliling lapangan sebagai wujud ucapan terima kasih, tapi mungkin mereka juga sadar, pria itu tak muda lagi, usianya sudah menginjak 72 tahun. Â Bayern Muenchen dibuatnya menciptakan rekor, menjuarai Bundesliga untuk enam kali secara berurutan.
*********
Sesudah kemenangan atas tuan rumah Augsburg 4-1 tersebut, raihan 72 poin dari 29 pertandingan Bayern mustahil dikejar pesaing terdekat mereka, Schalke yang baru meraih 52 poin. Walaupun masih tersisa 6 pertandingan di Bundesliga.
Pujian memang pantas diberikan kepada Heynckes yang menggantikan pelatih Italia, Carlo Ancelotti, September silam. Saat itu penampilan Bayern tidak konsisten, baik di Bundesliga maupun Liga Champions.
Penampilan yang  membuat  moral para pemain Bayern terasa remuk redam. Hal yang seharusnya tidak dialami oleh die roten.  Puncaknya sesudah Bayern digunduli Paris Saint Germain 0-3 di Liga Champions. Para pemain dan jajaran pelatih saling menyalahkan. Ancelotti dianggap terlalu lemah, kurang keras, dan akhirnya Ancelotti dipecat.
Heynckes sebenarnya sudah mundur sebagai pelatih Bayern pada 2013. Â Namun sekarang Bayern memanggilnya lagi, Bayern membutuhkannya sesudah mencoba Pep Guardiola dan Ancelotti. Tetapi dalam kondisi ini, petinggi Bayern percaya bahwa hanya Heynckes yang mampu menjadi penyelamat.
Benar demikian adanya. Heynckes yang hanya menyanggupi untuk melatih Bayern selama semusim mengerti dan tahu cara memperlakukan Bayern. Heynckes juga tidak terlampau keras, tetapi tahu cara menangai Bayern sebagai sebuah tim.
Pemain bertahan timnas Jerman, Matt Hummels mengatakan bahwa Heynckes lebih kalem dari Jurgen Klopp (pelatih Liverpool), Heynckes tidak keras tetapi apa yang dia katakan selalu menyelesaikan masalah yang dihadapi tim. Semua pemain tahu apa yang diinginkannya dan para pemain menyukainya dan terlebih lagi menghormatinya.
Pemain seperti James Rodriguez yang tidak tampil baik di bawah era Ancelotti, mampu menunjukan performa maksimal ketika dilatih Heynckes. Â Dalam 19 penampilan, pemain asal Kolombia ini mampu mencetak 6 gol dan 10 assist. Heynckes bukan saja mampu membuat James cepat beradaptasi dengan sepak bola Jerman tetapi juga menyediakan posisi terbaik yang diinginkan James. "Kemampuan Heynckes berbahasa Spanyol juga sangat membantu saya" ujar James.
Secara taktikal, Heynckes menyukai lini tengah yang kuat. Dengan formasi 4-2-3-1, Heynckes membuat Javi Martinez yang sempat diuji coba oleh Pep Guardiola dan Ancelotti menjadi bek tengah, dikembalikan posisinya sebagai gelandang bertahan. Kembali Javi membuat Vidal, James dan Thiago lebih mudah berkreasi dan fokus membobol gawang.