Salah satu peristiwa bersejarah yang diingat oleh rakyat Belanda terjadi pada saat Perang Dunia ke II. Saat itu pasukan Sekutu yang menderita kekalahan dari Nazi Jerman di pertempuran Arnheim mengakibatkan sebagian wilayah Belanda terisolir karena diblokir tentara Jerman. Akibatnya, suplai makanan pun terhenti ke daerah-daerah yang terkucilkan karena situasi tersebut.
Musim dingin yang tiba setelahnya membuat situasi semakin memburuk. Akhirnya rakyat tanah rendah (Neder-land) mengalami kelaparan massal yang disebut "Hongerwinter" khususnya di wilayah-wilayah yang diblok. Lebih dari empat juta penduduk Belanda menderita dalam kelaparan dan akhirnya kurang lebih 22 ribu orang terenggut jiwanya.
Belanda tanpa daya akibat makanan dan seperti tidak mempunyai apa-apa pada saat itu, namun syukur mereka masih memiliki bunga Tulip. Meski aktivitas menanam terhenti namun bibit umbi tulip para petani yang tersimpan di tempat-tempat kering menjadi penyelamat mereka.
Akhirnya pemerintah Belanda memutuskan untuk mendistribusikan umbi Tulip yang seharusnya untuk bibit itu sebagai pengganti makanan dan penolong pada masa hongerwinter ini. Perlahan-lahan situasi sulit itu dapat teratasi.
Kisah hongerwinter dan Tulip ini seperti menegaskan akan rasa hormat rakyat Belanda akan ciri khas mereka yaitu Bunga Tulip. Bunga Tulip bukan hanya soal keindahan semata, bunga Tulip sejatinya pernah menjadi solusi ketika rakyat Belanda mengalami periode yang sulit. Bunga Tulip adalah sebuah kebanggaan.
Periode sulit juga dialami rakyat Belanda terkhususnya ketika bicara tentang performa tim nasional mereka. Belanda akhirnya harus gagal ke Piala Dunia 2018. Dalam laga pamungkas melawan Swedia di Amsterdam Arena, Belanda memang menang dua gol tanpa balas. Namun, kemenangan itu tidak cukup untuk membawa mereka ke Rusia.
Bunga Tulip yang seharusnya mekar kali ini layu. Layunya bunga tulip tak cukup disegarkan dengan teriakan emosional kapten mereka, Arjen Robben ketika membobol gawang Swedia untuk kali kedua di menit ke-40. Sudah terlalu terlambat.
Target tujuh gol tanpa balas terlampau mustahil dikejar meski 42 ribu penonton yang memadati Amsterdam Arena terus bernyanyi menyemangati timnas mereka selama 90 menit. Tujuh gol yang seharusnya bisa direduksi lebih dini jika mereka tidak kalah telak dari Perancis dan tanpa diduga juga harus kalah dari Bulgaria.
Meski poin kedua tim sama, namun tiket play-off diraih oleh Swedia. Tragedi kegagalan lolos ke Piala Dunia 2002 terulang lagi. Namun jika perlu dinilai, kegagalan kali ini harus lebih diratapi.
Mengapa? Dengan gagalnya ke Piala Dunia 2018 ini membuat periode kelaparan untuk tampil di turnamen tingkat eropa dan dunia menjadi lebih panjang. Sebelumnya Robben Cs juga gagal tampil di Piala Eropa 2016.
Jika di peristiwa hongerwinter, umbi Tulip menjadi penyelamat, maka kali ini hampir segala cara tidak berhasil. Mulai dari turun gunungnya Dick Advockaat hingga menghadirkan jiwa kepemimpinan dengan terus memainkan pemain senior seperti Wesley Sneijder dan Arjen Robben.