Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Business Intelligence & Data Science

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Krisis dalam Dekade dan Fenomena Global

24 Maret 2025   17:15 Diperbarui: 24 Maret 2025   17:15 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
World Crisis Ahead : Arnold M

Bukan Nubuat 

Tulisan ini bukanlah nubuat atau peramalan terhadap event yang akan dapat muncul pada masa mendatang tetapi semata tatapan masa depan atau dikenal sebagai Foresight dengan memperhatikan trend & pattern yang pernah terjadi serta gejala pendahulunya. Juga berbagai simpton yang muncul dalam era yang sering disebut VUCA (Vulnerability, Uncertainty, Complexity, Ambiguity). Model pengamatan dengan memperhatikan aspek korelasi dan kausalitas walaupun korelasi tidak senantiasa bermakna kausalitas. Event yang diamati terutama pada tingkat global dengan berbagai perubahan yang kental dengan nuansa politik serta konflik regional, kebijakan yang berkaitan dengan perdagangan global, sektor perekonomian dan finansial, serta faktor perubahan iklim yang berkaitan dengan hal yang sering disebut Tantangan Global pada FEW (Food Energy Water).

Peraga-1 : Nexus Food Energy Water Challenges -  https://www.apn-gcr.org/bulletin/wp-content/uploads/2020/07/UNESCO-WWAP-e1594371410108-1024x509.png
Peraga-1 : Nexus Food Energy Water Challenges -  https://www.apn-gcr.org/bulletin/wp-content/uploads/2020/07/UNESCO-WWAP-e1594371410108-1024x509.png
Hal FEW tidak dibahas walaupun Energi merupakan tantangan global yang menyisakan "conundrum" pada transisi energi dan sebagai leading sektor pengembangan perekonomian.

Simptom Energi

Peraga-2 : World Energy Consumption - Our World in Data (https://ourworldindata.org/energy)
Peraga-2 : World Energy Consumption - Our World in Data (https://ourworldindata.org/energy)

Dari bauran energi pada Peraga-2, konstribusi energi fosil yang terdiri dari oil (minyak), coal (batubara), dan gas berada pada kisaran 85%. Jumlah tersebut dapat dikatakan stabil sejak Konvensi Paris 2015 tentang Perubahan Iklim. Dengan demikian, sejalan dengan pertumbuhan konsumsi dengan prosentase kontribusi hampir tidak berubah justru memberikan indikasi tidak terjadi pergeseran yang berarti pada bauran energi yang berimplikasi tidak ada peningkatan pada energi hijau atau energi terbarukan. Dapat dipastikan energi fosil masih dominan; jika dikaitkan dengan target Net Zero Emission jelas bak fatamorgana yang entah apakah akan dapat diwujudkan. Hal demikian merupakan inti percakapan dalam Transisi Energi yang berupaya menggeser dan merubah bauran energi terutama dengan Energi Terbarukan.

Dalam dominasi energi fossil pada peraga-3 diberikan indikator yang memberikan makna ancaman.

Peraga-3 : Energy Price Trend - Arnold M
Peraga-3 : Energy Price Trend - Arnold M
Dari trend pada Peraga-3 ditunjukkan indikasi penurunan harga coal dan minyak. Penurunan ini merupakan indikasi dari penurunan demand atau permintaan yang berkaitan dengan aktivitas perekonomian. Sehingga dapat dibaca sebagai penurunan kegiatan perekonomian dan berdampak pada pendapatan dan penerimaan pada berbagai sektor. Jika penurunan ini berlanjut tentu berimplikasi pada Global Trade karena sharing fossil energy termasuk servicenya sekitar 20%. Penurunan harga misalnya 20% akan berimplikasi pada belanja atau spending yang menurun. Jika 80% dari penerimaan digunakan untuk belanja berarti belanja akan menurun sekitar 4% atau secara agregasi ditambah dengan penurunan penjualan 20% dari share 20% atau secara total dapaknya sekitar 7,2 % dari global trade. Jumlah ini tentu sangat berarti dan tularannya bukan pada negeri pengekspor energi fosil tetapi juga barang-barang impor negara penghasil energi fosil. Jumlah demikian jika mengingat nilai global trade 2024 (sumber : UNCTAD) sebesar USD 33 triliun maka akan terjadi kontraksi senilai USD 2,2 triliun dan efek tularannya. Fenomena penurunan harga akan berimplikasi pada peningkatan produksi yang dilakukan demi mendapatkan penjualan yang tidak menurun secara signifikan jumlahnya; tetapi kemudian peningkatan produksi akan berdampak pada kelebihan supply sehingga terjadi efek deflasi. Hal yang mungkin penurunan harga dipandang sebagai hal yang biasa tetapi dampak tularannya justru bagi berbahaya perekonomian.

Fenomena Krisis

Sebutan yang sering dikaitkan dengan Krisis adalah Black Swan dan Gray Rhino (klik untuk penjelasannya). Tetapi catatan menunjukkan dalam setangah abad terakhir beberapa krisis antara lain :
Dekade 1970an : Oil / Energy Crisis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun