Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia dan TPP - antara Hegemoni China atau USA

30 Oktober 2015   00:00 Diperbarui: 30 Oktober 2015   11:37 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Neraca perdagangan Indonesia dengan USA (Grafik-1) selalu surplus (masa Januari - Agustus 2015 surplus sebesar USD 6,3 miliar), dengan Jepang (Grafik-3) trend-nya menuju setimbang (balance - jumlah defisit masa Januari - Agustus 2015 sebesar USD 450 juta).

3. Neraca perdagangan Indonesia dengan China (Grafik-4) selalu defisit, masa Januari - Agustus 2015 besarnya : USD 10.1 miliar dengan trend defisit terus membesar.

4. Dalam trend pertumbuhan GDP menurun, China akan berupaya meningkatkan ekspor, termasuk ke Indonesia; sehingga menekan sektor industri Indonesia. Ekspor Indonesia ke China akan mengalami tekanan dan sudah terjadi seperti yang dapat dilihat pada grafik-4. Dengan neraca yang selalu defisit, layak untuk mengatakan bahwa perdagangan dengan China membawa tekanan pada depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika.

5. Sejalan dengan pemahaman teori Gravity dalam perdagangan global, peningkatan perlu dilakukan dengan negara yang GDP-nya bertumbuh. Dengan trend naik pertumbuhan perekonomian USA dan Australia, akan dapat diharapkan kenaikan nilai ekspor dan dengan Jepang layak untuk dipertahankan posisi setimbang.

Dengan pertimbangan di atas dan melihat pada proyeksi pertumbuhan ekonomi, perdagangan dengan TPP memberikan prospek lebih baik bagi perekonomian Indonesia daripada dengan China yang sedang mengalami penurunan pertumbuhan.

Investasi TPP dan China 

Agar dapat memahami positioning USA pada kawasan TPP, perlu melihat dokumen "The Economic Benefit of US Trade"; dengan investasi perusahaan USA di kawasan Asia Pasifik pada 2013 besarnya mencapai USD 695 miliar dan akan terus dikembangkan. Sementara bagi Jepang, Indonesia merupakan target utama investasi selain Thailand di kawasan Asean.

Sebagai perbandingan, pertumbuhan ekonomi negara-negara penerima investasi China diberikan pada grafik-5 berikut ini.

Grafik-5 : Pertumbuhan GDP Negara Penerima Investasi China

Dari grafik (sumber : IMF DataMapper), dapat dilihat bahwa penerima investasi China (ODI : Overseas Direct Investment) mengalami tekanan; pertumbuhan negatif dialami Venezuela dan Brazil dan penurunan pertumbuhan dialami Afrika Selatan.

Sejak pertemuan APEC, Oktober 2014 di Beijing, Presiden Jokowi terlihat sangat dekat hubungannya dengan Presiden China. Mungkin mengharapkan peran China sebagai mitra yang dapat memberikan surplus dalam hal perdagangan dan "key investor" dalam pembangunan. Setahun berlalu dan harapan kepada China tidak tercapai. Bahkan belajar dari perjalanan pertumbuhan perekonomian Brazil dan Afrika Selatan yang merupakan mitra China dalam ikatan BRICS (Brazil, Russian, India, China, South Africa), memberikan hasil negatif. 

Presiden Jokowi lantas menyadari hal ini dan segera memutar haluan.

 

Arnold Mamesah - Laskar Initiatives

Akhir Oktober 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun