Mohon tunggu...
Arloren Antoni
Arloren Antoni Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Sosok melankolis yg sangat halus untuk dunia spiritual, seni dan filsafat. \r\n\r\nNamun juga seorang kolerist yg sangat keras, tajam dan menghantam utk dunia olah pikir & kebenaran

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kembali Ke Hukum Islam Kaffah (Murni), Benarkah Tindakan Itu?

27 Maret 2013   11:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:08 2521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah sebuah REALITA bahwa kembali ke Syariat Islam secara Kaffah (sempurna) akan ada TANTANGAN yang tak mudah untuk kita hadapi bersama.

Islam Kaffah sendiri bermakna: Islam yang Total, yang Utuh, yang lengkap atau yang Murni. dan tentu saya No Problem dengankondisi ideal zaman Rasulullah seperti dahulu. Jika tetap ingin kembali ke Syariat Islam secara Kaffah, saya punya solusi:

==============

Pilihlah sebuah Pulau terpencil dan tak berpenghuni. bangun sebuah komunitas Muslim disana. Tolak semua orang luar dan tolak semua tekhnologi. dengan kondisi seperti itu saya yakin pelaksanaan Syariat Islam akan sukses terlaksana. termasuk jika mau Naik Haji, gunakan perahu Dayung, karena mesin juga punya Jahudi. O ya agak susahnya adalah, pakaian Ihram saat haji gimana...??? Mesin Tekstil itu Hak Patennya masih punya Jahudi juga lho....

==============

Sebuah Haddits juga pernah saya baca yang arti bebasnya kurang lebih seperti ini:

"akan datang suatu masa nanti dimana yang Hak bercampur dengan yang batil. Jika kamu ingin selamat maka menyendirilah kamu dipuncak puncak gunung hingga kamu mati dengan menggigit akar akar Pohon".

Nantilah saya carikan di Kitab Haddits bunyi tepatnya seperti apa(ini janji saya Lho...). saya pikir sebuah Pulau terpencil seperti gambaran saya diatas juga cocok karena Taliban pernah mempraktekkannya di Afganistan.

Ini wacana untuk diskusi, dan bukan untuk memaki maki. silakan beropini secara bebas. tapi diluar tujuan diskusi, tak akan mendapat tempat di Artikel saya ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun