Mohon tunggu...
Arlini
Arlini Mohon Tunggu... Penulis - Menulis berarti menjaga ingatan. Menulis berarti menabung nilai kebaikan. Menulis untuk menyebar kebaikan

ibu rumah tangga bahagia, penulis lepas, blogger, pemerhati masalah sosial kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nyurhatin Para Suami yang Abai Beri Nafkah

12 Juli 2020   15:54 Diperbarui: 12 Juli 2020   15:46 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecewa berat dengan para suami masa kini. Sekitar 60 persen rumah tangga yang ku kenal, suaminya kurang bertanggung jawab. Memberi nafkah adalah salah satu kewajiban suami pada keluarga. "Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf" [al Baqarah / 2:233]

Jika kewajiban nafkah diabaikan, jatuhnya dosa. "Seseorang dikatakan berbuat dosa, ketika dia menyia-nyiakan orang yang wajib dia nafkahi." (HR. Abu Daud No.1694, Ibnu Hibban No.4240 dan dishahihkan oleh Syuaib al-Arnauth).

Nafkah diwajibkan bagi suami dan ia berhak untuk ditaati serta dilayani. Aku pikir ajaran Islam sudah menempatkan peran suami istri sedemikian adilnya, sehingga kalau masing-masing menjalankannya, amanlah rumah tangga.

Namun zaman ini adalah zaman kerusakan. Dimana Islam tak menjadi pedoman hidup individu, masyarakat dan negara. Saat ini peran para istri terlihat lebih dominan memenuhi nafkah keluarga dibanding para suami. Para istri telah berubah menjadi tulang punggung. Bukan lagi tulang rusuk. Sungguh berat beban para perempuan bersuamikan lelaki lemah tanggung jawab. Sudah mengurus anak, rumah, masih dibebani urusan ekonomi keluarga.

Masih mending beberapa dari para istri itu, suaminya bisa diajak kerjasama meski inisiatif ada pada istri. Jualan online misalnya. Ada pesanan, suami bersedia bersama istri antar pesanan pembeli.

Sebagian rumah tangga lainnya, malah asli suaminya lepas tanggung jawab nafkah. Ada yang diingatkan malah marah. Atau dia bekerja namun upahnya hanya cukup buat dirinya sendiri.

Sebenarnya si suami masih bisa berusaha mencari lebih agar pendapatannya cukup untuk semua anggota keluarga. Tapi dia malas. Dia merasa apa yang diberikannya harus cukup. Nggak peduli biaya hidup yang tinggi, biaya sekolah anak, biaya kontrakan rumah, listrik dan lain sebagainya. Dia sekedar bekerja tapi tak mau maksimal padahal masih mampu untuk dimaksimalkan.

Sampai-sampai ada istri yang terpaksa cari utang demi menutupi kebutuhan rumah tangga. Mestinya yang usaha cari utang juga kan suaminya. Tapi urusan beginian juga istri. Bikin orang lain tahu seberapa lemah kepemimpinan si suami.

Aku pikir beberapa faktor telah menjadi penyebab fenomena suami-suami lemah tanggung jawab;

1. Pendidikan kepemimpinan gagal diberikan pada para lelaki

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun