Mohon tunggu...
Arkilaus Baho
Arkilaus Baho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Duluan ada manusia daripada agama. Dalam kajian teori alam, bahwa alam semesta ini usianya 14.000 juta tahun, baru setelah 10.000 juta tahun kemudian terdapat kehidupan di bumi ini. Manusia jenis Homo Sapiens baru ada 2 juta tahun yang lalu, sedangkan keberadaan agama malah lebih muda dari kemunculan agama yaitu 5 ribu tahun lalu. B.J Habibi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Awas! Praktik Jualan Iba Capres

13 April 2014   06:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:44 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Susilo Bambang Yudhoyono nyata presiden dua periode. Awalnya, dia anak buah Megawati di kekuasaan. Akibat tindakan Mega waktu itu, publik kemudian bersimpati kepada SBY, dan buktinya Partai Demokrat juara kuota suara pada dua pemilu. Sekarang, kita tau smua, fenonema Jokowi yang diusung PDIP. Belum apa-apa media sudah santer pungut kata-kata yang dilontarkan berbagai pihak tentang Jokowi. Mulai dari sikap beberapa petinggi partai, pengamat politik, hingga baru saja media melansir topik Jokowi di usir anaknya Megawati, Puan Maharani.

“Sebuah sumber di PDIP yang enggan disebut namanya, mengatakan terjadi debat panas di dalam ruangan antara pendukung Jokowi dan putri Megawati, Puan Maharani, yang menjadi pemimpin divisi pemilihan umum,” tulis The Jakarta Post. “Kedua kubu saling tunjuk jari dan saling menyalahkan.” “Puan lalu menyuruh Jokowi keluar. Dia sangat kecewa karena dia berharap popularitas Jokowi bisa membantu PDIP menang setidaknya sampai 30% suara, sehingga membuka jalan bagi dia menjadi kandidat wakil presiden,” tulis The Jakarta Post mengutip pernyataan sumber tersebut. Megawati juga disebutkan sampai menitikkan air mata sepanjang debat tersebut. Namun kata sumber tersebut, Megawati menangis bukan karena melihat Jokowi diusir dari rumahnya, tapi karena terlihat ada gap antara Puan dan putranya, Prananda Prabowo, yang mendukung Jokowi. Sumber.

Topik pengusiran, tentu akan digoreng berbagai pihak yang pro Jokowi agar meraup simpati dari masyarakat. Dramatisasi semacam ini memang skopnya humanisme. Cuma, konteks humanisme dalam bentuk ingin meloloskan seseorang, bagisaya ini praktil pembodohan.Rakyat harus digerakkan untuk mengkritisisiapa saja calon pemimpin akan datang, jangan ditutup dengan gorengan ibasehingga larut dalam kesedihan atau rasa kasihan semata sehingga mau memilih sesoranghanya karena faktor kasihan.

Pendekatan humanis semasa SBY sebelum berkuasa, memang berhasil. Tetapi apa yang terjadi ketika capres model itu terpilih. Utang negara meningkat, pelebaran birokrasi menelan biaya negara, kontrak karya freeport diteken hingga tahun 2041, pemerintah dianggap lemah dan menuruti kemauan freeport saat ini. Maukah anda memilih capres iba tetapi setelah memimpin, kebijakannya pro imperialisme.

Berita yang dilansir media (paragraf miring), menyebutkan Puan Maharani usir Jokowi,juga menyebutkan didalam rapat internal itu Ibu Mega menitikkan air mata. Nah, soal air mata ini yang kadang jadi bahan jualan media tentang sosok tertentu. Padahal, warga Papua diseputaran freeport sini, kerap menangisi tanah mereka karena rusak akibat pertambangan, media kemana saja?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun