Mohon tunggu...
Kuntoro Tayubi
Kuntoro Tayubi Mohon Tunggu... Journalist -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah ruh, dan menebar kebaikan adalah jiwaku. Bagiku kehidupan ini berproses, karena tidak ada kesempurnaan kecuali Sang Pencipta.

Selanjutnya

Tutup

Money

Nasib Petani Tebu Tak Semanis Gula

2 November 2018   14:13 Diperbarui: 2 November 2018   15:57 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Nasib petani tebu di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah,  saat ini sangat memprihatinkan. Mereka tidak bisa menjual tebu ke Pabrik Gula (PG) Pangkah karena stok gula di pabrik tersebut menumpuk. Gula tersebut tidak bisa dijual ke pasaran karena ada gula import yang harganya lebih murah dari gula lokal.

"Harga gula impor memang lebih murah, sehingga gula lokal tidak laku," kata petani tebu asal Dermasuci, Kecamatan Pangkah, Durochim, Kabupaten Tegal, Rabu, 30 Oktober 2018.

Ia mengaku kerap mendapat keluhan dari teman petani tebu lainnya ihwal kondisi tersebut. Menurut Durochim, imbas dari gula impor, tidak hanya dikeluhkan oleh para petani. Tapi juga dialami oleh tenaga angkut tebu, tenaga tebang, dan karyawan PG. Mereka tentunya tidak bisa beroperasi karena harga gula lokal kalah dengan gula import. 

"Pemerintah harus menyikapi kondisi ini. Karena jika dibiarkan, PG Pangkah bisa gulung tikar. Banyak pengangguran, petani juga tidak bisa bercocoktanam," ujarnya.

Sementara itu, petani tebu lainya, Slamet, mengungkapkan hadirnya gula impor di Indonesia berdampak negatif bagi Pabrik Gula. Belum lama ini, PG Sumber Harjo Pemalang dan PG Jatibarang Brebes juga sudah tidak beroperasi lagi.

Ironisnya, karyawan dari kedua pabrik tersebut, nyaris tidak dapat pesangon. Meski dapat pesangon, tapi dibayar setiap bulan atau diangsur.

"Nasib karyawannya sangat kasihan sekali. Tunjangan pensiunannya banyak yang tertunda," kata Slamet yang juga pernah menjadi pengurus asosiasi tebu di Kabupaten Tegal ini.

Slamet menduga, adanya gula impor itu merupakan permainan dari oknum pemerintahan, Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) pusat, dan Dewan Gula. Sepertinya, mereka secara sengaja memasukkan gula impor ke Indonesia untuk kepentingan pribadi.

"Mungkin ini ada unsur politisnya," tukasnya.

Sementara itu, Asisten Kepala Teknik PG Pangkah Angga Abiyanto, mengaku PG Pangkah telah menargetkan produksi gula di musim giling tahun 2018 ini sebanyak 4.040 ton. Target itu sesuai dengan rencana kerja anggaran perusahaan.

"Walau tantangan dimusim giling tahun ini berat, tapi kami tetap optimis untuk bisa mencapai target sebesar 4.040 ton," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun