Mohon tunggu...
Kuntoro Tayubi
Kuntoro Tayubi Mohon Tunggu... Journalist -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah ruh, dan menebar kebaikan adalah jiwaku. Bagiku kehidupan ini berproses, karena tidak ada kesempurnaan kecuali Sang Pencipta.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Ganjar Pranowo dalam Catatan Pilgub Jateng 2013

10 April 2018   13:05 Diperbarui: 10 April 2018   13:10 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Jawa Tengah memang identik kandang partai nasionalisme sekuler, PDI-P. Setidaknya itu dibuktikan dengan kemenangan pasangan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko dalam Pemilihan Umum Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah, 26 Mei 2013 lalu. Meraih angka hampir 50 % (berdasarkan hitung cepat beberapa lembaga survey taksiran kemenangan berkisar antara 48,99 hingga 49,93 %), pasangan ini meluluhlantakkan pasangan petahana Bibit Waluyo-Soedijono Sastroatmodjo serta pasangan lainnya Hadi Prabowo-Don Murdono.

Lalu apa yang menarik dari hasil Pilgub Jawa Tengah tersebut ? Pertama, dari sisi latar belakang profesi sebelumnya tentu Jawa Tengah akan dipimpin politisi sipil. Ini berbeda dengan sebelumnya dimana Bibit Waluyo yang mewakili representasi birokrasi pensiunan tentara. Kedua, tawaran kebijakan yang disampaikan oleh Ganjar  dalam membenahi Jawa Tengah akan asimetris dengan kebijakan penguasa sebelumnya. 

Mengingat dalam debat politik terbuka, Ganjar memberikan janji revolusioner dalam menata Jawa Tengah seperti politik penganggaran, reformasi birokrasi yang sama seperti dilakukan Gubernur DKI Jakarta Jokowi serta pengentasan kemiskinan. Ketiga, hasil kemenangan ini akan menjadi test case dinamika politik regional maupun nasional pada tahun 2014. Tahun dimana dikatakan tahun-tahun politik dengan turbulensi perpolitikan yang tajam.

Sebagai seorang politisi yang malang melintang sejak tahun 2004 dan kini beralih ke jalur eksekutif, tentu bukan persoalan mudah dalam menyelesaikan segala permasalahan di Jawa Tengah. Kelebihannya sebagai seorang politisi tentu memberikan daya tahan untuk berhadapan dengan lingkar birokrasi serta kalangan legislatif.

Betapapun yang menarik dari kemenangan Ganjar diharapkan ada warna dinamis, dimana PDI-P merepresentasekan Ganjar dengan Jokowinya PDI-P di Jawa Tengah. Spirit, energik dan revolusi kebijakan sekaligus menggelorkan ideologi Trisakti sebagai daulat dalam bidang politik, ekonomi dan kebudayaan, tentunya akan kita tunggu dalam implementasi kebijakan politiknya. 

Selama ini semenjak dari Gubernur Soepardjo Roestam hingga terakhir Bibit Waluyo, secara usia dan karakter Jawa Tengah senantiasa dipimpin oleh the old man generation.Harapan dari kepemimpinan Ganjar tentu menandakan sebuah dinamika kepemimpinan the young man yang menarik. Apalagi taglinekampanye mereka menggiring image bersih : mboten ngapusi, mboten korupsi.

Apakah kemenangan Ganjar lebih disebabkan dukungan struktural partai yang all out menjaga kandang partai di Jawa Tengah atau ada dukungan nonstruktural yang memilih berdasarkan garis kebijakan kampanye Ganjar dibandingkan pasangan lainnya ? Sulit untuk ditampik bahwa mesin partai tidak akan membiarkan. 

Apalagi Jawa Tengah menjadi kantung strategis dalam dinamika politik di Indonesia. Fanatisme politik dan pertautan emosi politik kultural terhadap partai yang dianggap sebagai warisan nilai Soekarno cukup penting. Beberapa daerah dikenal sebagai basis ideologi dan punyai semboyan, ajeg bantengatau pejah gesang nderek Soekarno.

Daerah seperti Brebes,  Tegal, Solo, Banyumas, Karanganyar, Boyolali, Wonogiri, Klaten, Purworejo merupakan bagian dari beberapa wilayah emosi kultural kandang banteng. Cukup menarik pula bahwa kemenangan Ganjar juga berada di wilayah-wilayah basis tradisional partai-partai Islam, seperti di  Pekalongan, Demak, Kudus dan Jepara. Ini menjadi catatan tentang merosotnya dukungan terhadap partai-partai Islam pada momentum Pilgub Jawa Tengah. Mengingat terdapat pasangan calon Gubernur yang disokong oleh partai-partai Islam.

Apapun keberhasilan kemenangan Ganjar, ternyata dari amatan Indo Barometer Survey tingkat partisipasi publik dalam Pilgub Jateng masih menyisakan persoalan. Ada 43 % pemilih dalam Pilgub yang tidak memberikan hak suaranya. Meski untuk tahun ini terdapat penurunan 3 % dibandingkan dengan Pilgub Jateng tahun 2008 yang mencapai angka 46 %. Faktor-faktor angka partisipasi yang belum menggembirakan bisa merupakan persoalan teknis dan nonteknis. 

Persoalan sosialisasi oleh KPUD Jawa Tengah saya kira cukup massif untuk mengingatkan adanya hajat Pilgub Jateng. Ada beberapa permasalahan yang sekiranya dipertimbangkan seperti masalah perubahan dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), kondisi yang terjadi pada saat pencoblosan. Sebagai contoh di salah satu TPS daerah Pekalongan banyak warga enggan datang, karena masalah rob. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun