Mohon tunggu...
Yoga Haryuna
Yoga Haryuna Mohon Tunggu... Insinyur - Electric Engineer

Electrical and Mechanical Project on gks-eng.com, Instagram on @ladangdigitani

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Emha dan Rocky, Filsuf Beda Aliran yang Mengambil Peran Pengkritik Kekuasaan yang Konsisten

20 Mei 2019   11:04 Diperbarui: 21 Mei 2019   17:11 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cak Nun konsisten merawat bangsa ini lewat pertemuan Maiyah. Beliau selalu hadir di tengah masyarakat kalangan wong cilik.  Mengolah sebuah penderitaan di arus bawah dengan sebuah lelucon yang menggelikan.  

Keadaan carut marut tata kelola pun akan diolah dengan bahasa segar nan satire,  yang membuat ujung percakapan menjadi kebahagiaan.  Kebahagiaan didatangkan di tengah kondisi yang memprihatinkan. 

 Tertawa dalam tangis. Laksana lakon Semar dalam kisah punokawan. Cak Nun tak pernah ingin berkuasa,  ini menjadi poin penting. Beliau hanya ingin bersama rakyat, bercumbu dalam dialog kemesraan.  Tak ayal pengikutnya banyak dan loyal.  Ini sudah menjadi konsekuensi seorang yang benar benar berbicara atas nama rakyat. 

Cak Nun berlatar belakang budayawan yang sempat mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi UGM.  Namun dia sendiri lebih suka belajar di Universitas Kehidupan. Belajar filsuf dengan seorang Filsuf lain. Ada yang menarik dalam perjalanan hidupnya,  dia bertemu seseorang yang notabene anak seorang Raja. 

Ia lebih suka berkelana di jalanan, dikenal bernama Umbu Landu. Dari perjalanan Umbu inilah banyak menginspirasi pemikiran-pemikiran beliau. Terlihat dari buku - bukunya yang revolusioner,  Slilit Kyiai dan Markesot.  

Pemikiran bukunya itu adalah penggambaran permasalahan secara garis besar dengan pendekatan berbasis rasa kehidupan.  Temanya tak pernah lekang oleh zaman. Selalu enak dibaca dalam era kapanpun. 

Berbeda Cak Nun berbeda dengan Rocky,  ahli filsafat yang notabene sahabat Gus Dur ini sangat kritis terhadap kekuasaan.  Dalam pemikiran Rocky, dunia Demokrasi haruslah dalam suasana kritis dan hidup dalam diskusi sehat dan membangun. 

 Kritiknya yang tajam terhadap kebijakan publik tidak disukai lawan diskusi yang merasa dirugikan atas opininya.  Namun ia tak kalah akal,  dibungkamnya kembali dengan esensi Demokrasi.  Bahwa Demokrasi haruslah melahirkan oposisi yang kritis dan tajam terhadap kekuasaan,  supaya terjadi dialektika.  

images-2-01-5ce3ceac733c4328f1290e01.jpeg
images-2-01-5ce3ceac733c4328f1290e01.jpeg
Keduanya akan berdiskusi mana yang terbaik buat bangsa.  Sehingga diharapkan Demokrasi melahirkan sebuah hasil pekerjaan berdasarkan pikiran pikiran ilmu Pengetahuan.  

Namun kebijakan publik itu sering disalah artikan sebagai nyinyiran.  Di luar itu,  Rocky masih abu abu soal kekuasaan.  Apakah dia ingin berkuasa ataukah tidak.  Waktu yang akan menjawab. 

Seperti halnya Cak Nun,  Rocky juga sangat suka dengan dunia filsuf.  Rocky sangat jenius. Dunia akademislah yang mengenalkan Rocky pada pemikiran kritis konstruktif.  Di tahun pertamanya masuk UI, Rocky diterima di Fakultas Teknik,  jurusan Elektro.  Hal ini sangat menggambarkan bagaimana Rocky sangat suka dengan bidang Science.  Namun pendidikan formal baginya sangat remeh temeh.  Ia mencoba lagi jurusan lainnya di UI.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun