Mohon tunggu...
Aris Purwanto
Aris Purwanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Setetes Air Jatuh dari Panggon Sinau

1 Februari 2018   08:05 Diperbarui: 1 Februari 2018   08:14 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senja perlahan mulai menyapa lembut meninggalkan suatu kenangan yang tiada pernah terganti bahkan oleh suatu kenangan yang akan datang, warna merah meronanya mulai menyembunyikan diri di sela-sela awan sore yang seakan telah menyiapkan tubuhnya untuk tempat sang senja bersinggah. Dibawah langit yang cerah dan ditemani oleh hijaunya persawahan serta gemercik bunyi air tersebut memunculkan suatu memori yang tak akan pernah terlupakan sepanjang persinggahan hidup di Bumi ini, senja di tepi waduk itulah yang menguatkan ingatanku kepadamu diiringi dengan rayuan lembut angin tropis yang seakan membelai jiwa ini untuk terus mensyukuri nikmat yang ada pada hidup. 

Ditepi waduk? ya, tepat ditepi Waduk Cengklik inilah kita telah mengukir suatu kisah dalam sejarah kepemudaan kita, Dusun Jayan Desa Senting tepatnya Barat Waduk Cengklik inilah kita berani terjun ke masyarakat untuk mencoba menembus batas keilmuan sebagai seorang mahasiswa yang mampu Life In dengan masyarakat yang ada di sekitar kita. 

Suatu hal yang dikatankan tidak mudah dilakukan oleh seorang ilmuwan pemegang bolpoint dan buku catatan, kenapa hal ini menjadi sejarah sendiri bagi masa muda kita, karena untuk mencoba mengaktualisasikan ilmu yang telah kita dapat di bangku perkuliahan memang bukanlah hal yang mudah, bak seorang pembawa perubahan yang selalu menerima ujian baik dalam segi ketakutan, harta dan kelaparan memang pernah kita rasakan dalam perjalanan tersebut. 

Namun bukan Panggon Sinau namanya jikalau dengan ujian tersebut kita telah kendor dan berhenti bergerak untuk merealisasikan mimpi-mimpi yang telah kita rumuskan diatas tikar yang jauh dari empuknya bangku perkuliahan, kita terus berjuang dan berusaha sabar karena sesungguhnya Allah telah menjanjikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar sebagaimana sabda-Nya pada surat Al-Baqarah ayat 155 "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar" hingga pada akhirnya kabar gembira itu muncul seiring dengan terangnya kegiatan Festival Waduk Cengklik pada tanggal 25-26 November 2017 dan sekaligus menjadi puncak kegiatan kita bersama warga Dusun Jayan Desa Senting Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali.

Walaupun kita menamainya dengan kegiatan puncak, namun FWC ini bukanlah akhir dari mimpi-mimpi yang kita rumuskan diatas tikar tersebut, masih banyak mimpi-mimpi lainnya seperti Museum Waduk Cengklik, FWC#2, penulisan buku bersama serta menjadikan desa tersebut sebagai desa wisata yang pada intinya dari Grand Designgerakan kita adalah sejauh mana kita mampu memberi kebermanfaatan bagi masyarakat disekitar kita dengan istilah Membebaskan, Memberdayakan serta Memajukan mereka di segala lini kehidupan bermasyarakat, tiga hal tersebut hanyalah bisa dilakukan jikalau ada korelasi positif antara SDM, SDA serta infrastruktur desa. Grand Designgerakan yang di dukung dengan semangat profetik tersebutlah yang membuat kita (Panggon Sinau dan IMM Kom. Al-Ghozali) harus selalu mampu untuk berdiri dan bergerak walaupun gerakan tersebut harus dilalui dengan cara merangkak dan berdarah-darah. Festival Waduk Cengklik #1 telah menjadi bukti betapa kuatnya hati dan pikiran kita sebagai sekumpulan pejuang-pejuang keikhlasan dan penghidup malam, banyak hal penting yang ada dalam hidup kita telah rela kita lepaskan demi keberlangsungan niat tulus tersebut, baik berupa perkuliahan, karir kehidupan, pekerjaan dan bahkan mengecewakan orang-orang yang mungkin berjasa bagi kita, namun bukan untuk itu sebenarnya tujuan kita, niat tulus dan pola gerakan kitalah yang mungkin belum bisa sejalan dengan orang-orang disekeliling kita sehingga memunculkan kasus-kasus diatas, namun biarlah itu menjadi suatu kisah sendiri pada masa muda kita di Panggon Sinau, jika mengubah sedikit ucapan Dilan "jangan dengar keluh kesah perjuangan kita karena itu berat dan kalian tidak akan sanggup menanggungnya biar kita saja" sehingga serap dan teruskanlah apa yang menjadi cita-cita dan mimpi yang telah kita rumuskan dalam Panggon Sinau, ibarat setetes air yang jatuh dari hujan, maka kisah yang berbalut mimpi ini harus terus mengalir jatuh ke daun lalu jatuh keatas tanah kemudian meresap kedalam dan menanti untuk di serap oleh sang pohon sehingga menjadi kehidupan yang baru dan lebih bermanfaat, banyak orang yang telah berjasa dan mengorbankan banyak hal dalam kehidupan kita, kita sebagai manusia yang berfikir hendaknya mempunyai tanggung jawab moral agar apa yang telah ditanam oleh orang-orang tersebut mampu tumbuh dan berbuah sehingga buah yang bermanfaat itulah yang akan menjadi alam jariyah tersendiri bagi orang yang telah berjasa dalam kehidupan kita "terus berjuang dan mencari kebermaknaanmu bagi orang disekitarmu".

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun