Mohon tunggu...
Ariska Widya Rosaliya
Ariska Widya Rosaliya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Autisme Bukan Aib Keluarga

18 Juni 2021   12:37 Diperbarui: 18 Juni 2021   12:57 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Anak adalah sebuah titipan yang diberikan oleh Allah set kepada kita untuk di jaga dan dirawat dengan sebaik mungkin. Dan mengharapkan anak yang dilahirkan menjadi anak pintar, Soleh dan Soleha serta membanggakan nama keluarga. Namun, tidak semua yang di harapkan orang tua memiliki anak yang normal, beberapa orang tua mendapatkan anak yang memiliki kebutuhan atau gangguan perkembangan seperti autis. Autisme adalah sebuah gangguan otak yang bisa mempengaruhi komunikasi dan juga interaksi penderitanya kepada orang lain. 

Autisme merupakan sebuah gangguan otak yang tidak dapat disembuhkan. Meskipun begitu, penderita autisme bisa melalui beberapa metode agar bisa menyesuaikan dirinya dengan lingkungan hidup. Tingkat gejala dan keparahan autisme juga bermacam-macam. Hingga saat ini para ahli belum mengetahui pasti penyebab autisme pada anak. Dilansir dari Halo dokter, kemungkinan penyebab autisme pada anak adalah faktor genetik dan lingkungan. Kombinasi gen dari orang tua merupakan salah satu penyebab terjadinya autisme pada anak. Selain itu kemungkinan penyebab autisme adalah bahan-bahan kimia di sekitar juga bisa menyebabkan terjadinya autisme pada anak. 

Autisme lebih banyak berdampak pada interaksi sosialnya, penderita autisme sulit berinteraksi dan juga berkomunikasi dengan orang-orang pada umumnya. Mereka juga akan mudah terkucilkan di lingkungannya hanya karena mereka 'berbeda'. Banyak orang memiliki persepsi bahwa penderita autisme merupakan sebuah aib keluarga karena bisa merepotkan dan membuat malu. Persepsi seperti ini biasanya akan menimbulkan rasa benci yang kemudian dapat mengakibatkan hal buruk pada individu autisme, misalnya ada kasus-kasus pembullyan penderita autisme di sekolah yang menyebabkan penderita menjadi sedih dan tertekan. Walaupun penderita autisme memiliki gangguan pada otaknya sejatinya mereka tetaplah manusia yang memiliki perasaan. Perhatian orang-orang sekitar akan penderita autisme juga hanya pada 'perbedaan' yang dimiliki penderitanya, oleh karena itu perlu sekali mengedukasi dan meningkatkan kesadaran orang-orang bahwa penderita autisme juga berada di sekitar kita dan memerlukan sebuah prioritas.

Dalam jurnal penelitian yang ditulis oleh Ade Surya Febrianto dan rekannya Ira Darmawati yang berjudul Studi Kasus Penerimaan Seorang Ayah terhadap Anak Autis menjelaskan bahwa seorang ayah yang bernama Alex mendapatkan sebuah cemoohan dan pandangan buruk dari masyarakat dan bahkan dari keluarganya sendiri. Alex merasa direndahkan dan dipandang tidak becus sebagai kepala rumah tangga hanya karena memiliki anak yang menderita autisme. 

Alex sempat putus asa karena sering mendapat hal tidak baik dari keluarganya tentang anaknya yang menderita autisme. Namun, seiring berjalannya waktu Alex sudah tidak memperdulikan persepsi orang lain pada dirinya dan keluarganya. Ia berkata, bagaimanapun kondisi anaknya, anaknya tetaplah anaknya. Ia tetap menyayangi anaknya dengan sepenuh hati. 

Dunia adalah tempat dimana manusia diuji dengan ujian yang berbeda-beda. Allah tidak menguji seorang hamba diluar batas kemampuannya. Hal ini sudah tertulis dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 286 yang artinya, "Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ". Terkadang Allah memberikan ujian kepada hambaNya karena Allah rindu dan cemburu. Allah mengingin hambaNya untuk terus mengingatNya, namun sifat manusia yang lupa menjadisebuah alasan dimana manusia bisa saja menjadi lalai dan terlena terhadap kemewahan duniawi dan melupakan tugas utamanya sebagai makhluk Allah untuk selalu menyembah dan mengingat Rabb-nya. 

Dalam Islam, penyakit juga terrmasuk kedalam cobaan yang Allah berikan untuk menguji keimanan seorang manusia. Oleh karena itu, manusia yang mendapatkan cobaan hendaknya terus bersabar dan senantiasa berdoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Allah menjanjikan hal istimewa bagi setiap hamba yang mau bersabar atas ujian yang diberikan. 

Allah tidak pernah ingkar dan akan menepati janjinya, hal ini ada di dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 155 yang artinya, "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buah. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." Di dalam penyakit yang Allah berikan kepada manusia terdapat suatu keistimewaan yang Allah berikan. Allah menggugurkan dosa-dosa dan juga memberikan pahala. Selain itu, Allah juga ingin mengingatkan manusia terhadap rahmat-rahmat Allah yang begitu besar. Salah satunya adalah rahmat sehat yang tidak semua orang bisa memiliki dan terkadang kita lupa untuk mensyukuri rahmat besar yang Allah berikan.  

Daftar Pustaka

Ade Surya Febrianto, I. (2016). Studi Kasus Penerimaan Seorang Ayah Terhadap Anak Autis. 

Wardani, D. S. (n.d.). STRATEGI COPING ORANG TUA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun