Peristiwa teror bom di Surabaya tanggal 13-14 Mei 2018 tentu saja membawa duka yang mendalam bagi segenap masyarakat Indonesia tanpa kecuali. Â Korban bukan hanya dari objek dari teroris tetapi juga anak dari para pelaku teror yang masih kecil. Â Ketika teror mulai mengganggu kehidupan bermasyarakat, Â tak dapat dipungkiri bahwa image yang menganggap bahwa umat Islam identik dengan terorisme kembali mencuat. Â Namun saya meyakini bahwa image atau anggapan tersebut adalah sesuatu yang sangat salah. Â Mengapa demikian? Â Sebab saya (meskipun beragama non muslim), telah mengenal Islam dari saudara dan sahabat umat Muslim sejak kecil sampai sekarang. Â Islam yang saya kenal:
- Adalah para tetangga yang sangat bersahaja dan akrab menjalin hubungan bertetangga. Â Sejak kecil ada sebuah tradisi yang sering kami lakukan di daerah kami (Jayapura, Â Papua). Â Ketika tetangga Muslim merayakan hari raya kemenangan yaitu Idul Fitri, Â maka tetangga kami yang beragama Islam pasti akan membagikan makanan khas Idul Fitri seperti ketupat, Â buras dan opor ayam kepada kami yang Kristen. Â Begitu pun sebaliknya jika kami merayakan Natal, Â makan akan membagikan makanan bagi tetangga yang Muslim. Â Kenangan dan tradisi sejak kecil itu begitu tertanam dengan sangat kuat dan manis di pikiran sehingga image bahwa umat Islam adalah umat yang mencintai damai tidak dapat digoyahkan oleh apapun. Â
- Adalah pengusaha Soto ayam Lamongan yang mengontrak bangunan milik Gereja Kristen Injili di tanah Papua untuk menjalankan usahanya. Â Di pusat kota Jayapura terdapat sebuah warung makan yang menghidangkan soto ayam Lamongan. Â Warung tersebut memiliki keunikan karena pemilik usaha tersebut adalah keluarga Muslim yang taat dan mengontrak bangunan milik gereja. Â Ini adalah sebuah hal yang unik dan langka di tengah isu perpecahan antar umat beragama. Â Dari pengusaha soto ayam tersebut, Â saya belajar bahwa antar umat beragama sesungguhnya saling membutuhkan satu sama lain. Â
- Islam yang saya kenal dari perayaan Natal sebuah kompleks di Jayapura, Â di mana umat Muslim turut membantu persiapan dan mengikuti perayaan Natal kompleks tersebut. Â Saya menjadi saksi mata dari hal tersebut. Â Apa yang terjadi saat itu sungguh membuat saya merasa terheran-heran akan rasa cinta dan toleransi yang begitu luar biasa dari umat Muslim di kompleks tersebut. Â Meskipun di kompleks itu, Â umat Muslim menjadi mayoritas namun mereka sangat menghargai keberadaan kaum Kristen yang adalah minoritas. Â
Dari ketiga hal tersebut, Â saya yakin bahwa Islam adalah ideologi dan agama yang mencintai kedamaian serta bertoleransi. Â Semoga tulisan kecil ini bisa mengubah pandangan kita yang salah akan Islam.Â
Salam dari Papua