Mohon tunggu...
Aris Budiyanto
Aris Budiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti dan Pemperhati Pendidikan

Metacognition, Mathematics Education, Teacher Development, Educatinal Policy, Islamic Eduction

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hakikat Usaha dan Kerja Keras

31 Januari 2020   10:04 Diperbarui: 31 Januari 2020   10:23 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semua kejadian di dunia ini perlu diperjuangkan bahkan untuk perkara yang sederhana tidak akan bisa dicapai tanpa adanya pengganti mahar berupa usaha.

Allah SWT. Memang telah menuliskan takdir cipataanya jauh sebelum dunia ini diciptakan, baik-buruk kejadian yang akan menimpa hamba sudah ditetapkan dengan sempurna di Lauhul Mahfudz Nya. 

Apapun yang terjadi terhadap cipataan tidak akan pernah meleset dari ketetapan terbaiknya. Bagaimana dengan usaha manusia ditempatkan? Manusia memang oleh Allah SWT diberikan kemampuan berpikir untuk menilai hal baik-buruk kemudian mengambil tindakan yang menurutnya terbaik. 

Selain itu ciptaan juga dihijab oleh Nya sehingga tidak dapat mengetahui keberadaan takdir  yang telah ditetapkan untuknya. Hakikat dari setiap tindakan manusia pada dasarnya juga merupakan takdir yang ditetapkan Nya. Kemampuan berbuat kebaikan yang mengakibatkan kesuksesan didapat, maupun kegagalana karena salah mengambil keputusan baik-buruk.

Terdapat sebuah cerita ketika kekhalifahan sayidinna Ummar Bin Khatab ra. Dikisahkan bahwa suatu saat ada pencuri yang ditangkap dan dihadapkan kepada khalifah, dan berdasarkan hasil keputusanya akhirnya pencuri tersebut dihukum dan dipukul oleh Khalifah Ummar, dengan argumenya sang pencuri berdalih "wahai khalifah, bukankah saya ini mencuri berdasarkan takdir Allah, kenapa engkau menghukum dan memukulku padahal Allah sendiri yang telah menetapkanya untuku, berarti engkau tidak terima dengan takdir Allah." 

Dengan kecerdasan khalifah menjawab argument pencuri tersebut "sesungguhnya aku menghukum dan memukulmu juga karena takdir ketetapan Allah SWT. Kalau kamu tidak suka berarti kamu ingkar kepada takdir Allah yang telah ditetapkan kepadaku." Akhirnya sang pencuri tidak bisa mengelak dengan argument Khalifah Ummar dan dihukum.

Usaha keras, disiplin, pantang menyerah dalam urusan takdir ketetapan Allah adalah sebagai rasa syukur sebagai cipataan Allah SWT. Karena telah diberikan kepercayaan, keinginan dan cita-cita. Tidak setiap ciptaan memiliki rasa untuk mewujutkan keinginan, ketika Allah SWT. 

Memberikan perasaan tersebut kepada ciptaanya, menandakan bahwa Allah SWT. akan memberikan memberikan karunia besar berupa kesuksesan pencapaian kehidupan yang tidak diberikan kepada cipataan yang lainya.

Semestinya sebagai ciptaan harus bersyukur karena telah diberikan kepercayaan berupa cita-cita dengan berjuang berusaha keras, disiplin, pantang menyerah, kemudian menyerahkan segala kejadian yang baik dan buruk kepada Allah SWT.

Kemauan kerja keras ciptaan mencapai kesuksesan juga patut disyukuri karena Allah telah mentakdirkan cipataanya mendapatkan kesuksesan dengan cara-cara terhormat yang diridhoi Nya, karena ciptaan pasti akan mendapatkan apa yang telah ditetapkan baik dengan cara terhormat maupun dengan cara tidak bermartabat.

Wallahu'alam bishoab.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun