Mohon tunggu...
aries lailiyah
aries lailiyah Mohon Tunggu... Freelancer - pengamat budaya

Tertarik sosial budaya, sastra, studi Islam, pendidikan dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Trip

Saronde-Gorontalo, Wisata yg Tidak Lagi Merakyat

27 September 2022   23:53 Diperbarui: 28 September 2022   15:22 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulau Saronde (Dokpri)

Orang Miskin dilarang Wisata

Pulau Saronde merupakan salah satu wisata alam yang ada di Prov. Gorontalo. Pada Ramadhan 2018, saya mengunjungi Saronde, perjalanan dari Bandara Gorontalo ke pulau ini memakan waktu 1,5 jam. Setelah sampai pelabuhan, saya menyeberang dengan perahu mesin sekitar 20 menit dan mebayar 350.000 untuk satu kapal dan pulang pergi. 

Perahu yg saya naiki maksimal 10 orang, namun saat itu saya hanya dengan 2 teman saya asli masyarakat Gorontalo. Selain 350.000 kami dikenakan retribusi sebesar 10.000, sehingga 3 orang saya membayar 380.000.

Setelah sampai di pulau Saronde, saya benar-benar takjub dengan panorama yang indah, tentu saya tidak tahan untuk tidak menginjakkan kaki di pinggiran pantai. Airnya bening, tanpa sampah, ikan kecil-kecil bebas muncul dan tentunya bintang laut menghiasi pinggiran pantai yang tenang.

Siang itu, saya puas sekali menikmati pemandangan pulau ini, kebetulan bulan Ramadhan jadi sangat terbatas yang berkunjung. Selain pantai, disini juga ada resort yang pada tahun 2018 harganya 500.000-1.000.000. Tentu saja saat Saronde masih dikelola pemerintah.

Sayangnya, pada 2022 Saronde dikelola pihak swasta, retribusi Saronde meroket menjadi 5 jt/orang. Bagi sebagian orang 5 juta mungkin tidak ada artinya, tapi bagi sebagian orang 5 jt adalah denyut nadinya.

Padahal pulau Saronde sangat bisa menjadi alternatif bagi masyarakat melepas penat, ketika tidak bisa menikmati pulau Cinta yang biayanya tidak kalah mahal dengan pulau Saronde saat ini. Mungkin, apakah ada kebijakan khusus, bagi masyarakat lokal dalam bentuk mengijinkan mereka mencari nafkah baik langsung atau titip produk di tempat wisata yang berada di tanah kelahiran mereka. Sebagaimana himbauan pemerintah untuk memberi porsi kepasa UMKM.

Ternyata, selain orang miskin dilarang sekolah, orang miskin dilarang sakit dan sekarang orang miskin dilarang wisata. Kalaupun ada yang gratis itu sebatas alun-alun kota atau masjid Agung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun