Kedua, fungsi intergenerasional sebagai jembatan emosional. Representasi Kuda Renggong dalam seni rupa publik—baik berupa mural, instalasi interaktif, maupun augmented reality dalam ruang digital—menciptakan shared memory space di mana dialog antar generasi berlangsung secara afektif. Generasi tua menemukan ruang revitalisasi memori kultural dan rasa bangga terhadap warisan leluhur, sementara generasi muda menegosiasikan identitas hibrid yang berusaha mengharmoniskan akar tradisi dengan dinamika global kontemporer. Proses ini sejalan dengan konsep intergenerational identity transmission (Schönpflug, 2001), di mana simbol budaya berperan sebagai jembatan transgenerasi untuk memperkuat rasa keberlanjutan eksistensial di tengah perubahan sosial.
Ketiga, keseimbangan psikis melalui dialektika sublimasi. Dialektika visual antara "kekuatan fisik vs kelembutan spiritual" dalam karya Kuda Renggong merepresentasikan mekanisme pertahanan psikologis untuk mengelola konflik intrapsikis antara kebutuhan adaptasi dengan ketakutan akan kehilangan akar budaya. Proses penciptaan maupun apresiasi karya seni menjadi semacam ritual katarsis kolektif—mengurai ketegangan psikis dan menyalurkannya ke dalam bentuk-bentuk ekspresi yang produktif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI