Mohon tunggu...
Arip Imawan
Arip Imawan Mohon Tunggu... Pengacara - Arip seorang Lawyer, Blogger, Traveler

semakin bertambah ilmuku maka semakin terlihatlah kebodohanku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Krisis Diterima, Ada Hikmah di Dalamnya

29 Maret 2020   23:17 Diperbarui: 31 Maret 2020   04:15 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mewabahnya covid-19 yang melanda dunia, berimbas kesegala lini hingga mengalami kelumpuhan, sekolah diliburkan, perkantoran tutup dan diberlakukannya work from home, pasar pasar sepi, sembako harganya melangit, banyak UKM yang menjerit, klop sudah krisis saat ini selain faktor nyawa yang jadi taruhannya akibat mewabahnya covid-19 ekonomipun seakan ambruk tak kuat menyangganya.

Bicara krisis, pasti semua orang pernah mengalaminya, saya sendiri harus makan nasi sebungkus bertiga di kos-kosan di daerah Rungkut bersama Samsuri dan Yanto ketika keuangan menipis ditahun 1999 an, mengamen dijalanan di daerah Panjang Jiwo bersama Yani, pun ketika awal-awal menikah diguncang krisis ekonomi ketika perusahaan tempat saya bekerja gulung tikar disaat istri sedang mengandung, kalut bingung kesana kemari mencari pekerjaan untuk menyambung hidup, pekerjaan apapun diterima yang penting bisa untuk makan dan menafkahi keluarga, dan alhamdulillah akhirnya bisa bangkit seperti saat ini. Apa yang pernah saya alami tentunya teman-teman facebukiyah juga pernah mengalaminya, karena sejatinya semua orang pasti pernah mengalami apa yang namanya krisis kehidupan dan jalan cerita serta waktunya saja yang berbeda.

Krisis yang menimpa saat ini bukan saja menimpa diri kita sendiri, tapi semua orang seluruh dunia mengalaminya, bukan hanya soal keselamatan diri akibat covid-19 namun ekonomi sebagai penopang hidup setiap orangpun serba tidak menentu dan kapan itu akan berlalu hanya Allah yang tahu.

Dalam dua minggu beberapa pesan yang masuk ke WA dari keluarga maupun teman sejawat yang bertukar kisah terkait imbas dari covid-19 yang meluluh lantakan semua tatanan hingga kehidupan seolah tidak lagi berjalan normal. Imbas perkantoran tutup banyak buruh pabrik yang dirumahkan, warkop yang biasanya tempat nongkrong pun sepi karena diobrak aparat dengan dalih dilarang berkerumun, even-even massal maupun sakral seperti pernikahan hajatan dan lain-lain yang jauh-jauh hari dipersiapkan harus dibatalkan Karena mengundang kerumunan, jalan-jalan pun sepi yang berimbas pada tukang becak tukang ojek maupun angkot yang sepi penumpang, masjid-masjid yang biasanya ramai orang berjamaah dan mengaji kini pun sepi. Inilah ketidak normalan dan inilah ketidak pastian.

Ketidak pastian inilah yang membuat orang kadang menyalahkan keadaan, tidak siap menerima kenyataan. Yang biasanya rutin bekerja harus dipaksa tidak bekerja, yang biasanya kluyuran dipaksa untuk stay dirumah, yang biasanya aktif beribadah ditempat ibadah dipaksa untuk ibadah dirumah, kalau cuma sehari dua hari mungkin sanggup, tapi jika berlangsung bermingu-minggu bahkan berbulan-bulan bisa-bisa bikin stress dan suntuk hingga timbul pemberontakan dalam diri dan menyalahkan keadaan. dan dimedsos pun sudah terjadi pemberontakan saling menyalahkan siapa yang harus bertanggung jawab. Ada yang geregetan dengan mereka yang bandel tidak mau mematuhi himbauan pemerintah, ada yang geram dengan perilaku pejabat pemerintahan yang seolah-olah abai dengan kondisi rakyatnya, mau tidak mau itulah fakta yang terjadi dinegeri kita dan kita harus terima.

Ada teman yang bilang, "Sampeyan sih enak gampang ngomong lockdown stay at home karena gak kena imbas, lha seperti kita-kita kalo tidak kerja ya tidak makan, tidak dapat nyicil angsuran". Saya jawab, "siapa bilang, krisis ini menimpa siapa saja, tak pandang bulu tak pandang profesi maupun jabatan, semua kena imbasnya, semua kegiatan dibatalkan, kantor dipaksa ditutup, kewajiban gaji staff, dan bayar kewajiban ini itu, podo ae masbro ha..ha.. cuma bagaimana cara kita menghadapi krisis ini dengan bijak dan tidak menyalahkan keadaan. jangan karena krisis kita jadi pesismis, jangan karena krisis kita jadi apatis, jangan karena krisis kita jadi frustasi, tetaplah optimis, tetaplah semangat untuk bangkit, dan yakini bahwa sesudah krisis pasti ada buah yang manis, bukankah agama mengajarkan dibalik kesulitan pasti ada kemudahan, yakini itu".

Dengan adanya krisis ini kita harus terima dengan lapang dada karena pasti ada hikmah dibalik itu semua. Krisis yang terjadi akan membawa kita semakin dewasa dalam berfikir dan bertindak, karena tanpa kita sadari Allah telah menuntun dan membimbing kita, dengan adanya krisis kita semakin ingat dan mendekatkan diri pada Allah, kita diajari bagaimana sabar untuk berdiam diri dirumah, kita diajari bagaimana mengatur keuangan agar hemat dan tidak boros, kita diajarai bagaimana memiliki kesadaran pentingnya kebersihan.dan kita diajari bagaimana bersyukur dengan keadaan yang ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun