Indonesia sering terasa penuh masalah: politik bikin kita terbelah, ekonomi belum adil, lingkungan makin terancam, budaya terhimpit globalisasi. Tapi ada satu hal yang justru diam-diam bikin bangsa ini tetap bergerak: komunitas.
Setiap 28 September, Hari Komunitas Nasional jadi momen untuk menengok mereka yang biasanya bekerja di balik layar. Bukan sekadar kumpul-kumpul, komunitas adalah denyut sosial bangsa—tempat energi gotong royong (Aceh: meuseuraya) terus hidup.
Komunitas, Ruang Aman di Tengah Perpecahan
"Komunitas itu lintas latar. Di tengah politik yang bikin kita terbelah, komunitas jadi ruang aman," kata Rani (27), pegiat literasi.
Di grup futsal, sanggar seni, atau klub baca, beda pilihan politik bukan masalah. Komunitas jadi jembatan sederhana yang menjahit robekan sosial.
Komunitas, Mesin Ekonomi Rakyat
"Saya jualan lewat komunitas, awalnya kecil. Tapi gara-gara festival komunitas, produk saya dikenal luas," ujar Sutrisno (41), pedagang kuliner.
Komunitas itu pasar, promotor, sekaligus mentor. Di era ekonomi digital, komunitas bisa jadi inkubator UMKM agar tetap relevan dan berdaya saing.