Mohon tunggu...
Ario Helmy
Ario Helmy Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris yang suka membaca dan menulis

English Teacher. Biographer. I teach English and write the biography of my own maternal grandfather who is a national.hero: KH Zainul Arifin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Tetamu Allah Dijamu Raja

20 Juni 2018   04:24 Diperbarui: 21 Juni 2018   04:26 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wakil Perdana Menteri Kabinet Ali Sastroamijoyo I atau Kabinet Ali-Arifin (1953-1955), KH Zainul Arifin dan Menteri Agama KH Masykur mendampingi Presiden Sukarno melakukan kunjungan kenegaraan sekaligus melaksanakan ibadah haji ke Arab Saudi dilanjutkan kunjungan ke Mesir selama 18 Juli hingga 4 Agustus 1955. 

Muhibah tersebut merupakan catatan bersejarah tersendiri, bukan saja karena bertepatan dengan Haji Akbar dimana puncak pelaksanaan ibadah wukuf pada hari Arafah 9 Dzulhijjah jatuh pada hari Jumat saja, melainkan karena perjalanan dilangsungkan tidak lama setelah berlangsungnya Konferensi Asia Afrika di Bandung yang mencetuskan Dasa Sila Bandung.

Konferensi negara-negara baru merdeka Asia-Afrika yang dilangsungkan ditengah-tengah berlangsungnya Perang Dingin antara kubu AS dan kubu Uni Soviet itu memang mendapat perhatian internasional, apalagi dengan berkembangnya issue untuk mendirikan kubu tengah yang kelak dikenal sebagai Gerakan Non-Blok.

SOLAT DALAM KABAH

Di Arab Saudi rombongan kenegeraan diterima oleh Raja Saud bin Abdul Aziz, raja kedua Saudi yang merupakan putra pendiri kerajaan Raja Abdul Aziz bin Saud yang wafat dua tahun berselang. 

Raja Saud menemani sendiri rombongan Presiden melaksanakan ibadah haji sesuai dengan tradisi kerajaan. Ketika melaksanakan ibadah Sa'i, lari-lari kecil antara bukit Marwah dan Safa Sukarno sempat memberikan usulan agar kawasan ibadah diperbaiki dan dibersihkan dari para pedagang yang kala itu masih berbaur dengan jamaah yang sedang beribadah.

Usulan tersebut mendapat perhatian Raja yang memang sangat gandrung memperbaiki sarana-sarana ibadah haji. Zainul Arifin juga menceritakan pada keluarga pengalamannya melakukan upacara pencucian Kabah bersama raja dilanjutkan dengan memasuki bangunan Kabah dan melaksanakan shalat sunnah dua rakaat di dalamnya. Jamaah haji biasa melakukannya di Hijir Ismail yang dipandang sebagai bagian dari bagian dalam bangunan Kabah.

Setelah itu, sebagai cindera mata Raja Saudi memotong-motong Kiswah atau kain penutup Kabah dibikin dari tenunan kain sutera berhiaskan kaligrafi terbuat dari 120kg kilo emas murni dan  berpuluh-puluh kilogram perak. 

Potongan-potongan Kiswah tersebut kemudian dibagikan kepada tamu-tamu kerajaan. Zainul sendiri kemudian membagi potongan Kiswah yang diterimanya dari Raja Saud menjadi empat bagian dan menyerahkan keempat potongan masing-masing kepada Ibundanya, Siti Baiyah Nasution, kedua istrinya: Hamdanah dan Quraisin serta menyimpan satu untuk dirinya sendiri.

HADIAH PEDANG EMAS

Khusus kepada Arifin, Raja Saud juga memberikan sebilah pedang tradisional Arab Saudi berlapis emas, Zambea. Pedang ini pada bendera nasional Arab Saudi digambarkan tepat di bawah kalimat Tauhid warna putih berlatar warna hijau polos. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun