Banjarnegara - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Negeri (UIN) Prof.
K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto, kelompok 50 Desa Randegan, menggelar pelatihan pembuatan teh kulit salak (03/08/2025). Kegiatan ini berlangsung di TK Pertiwi Pelita dan melibatkan kolaborasi dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) setempat.
Pelatihan bertujuan memberdayakan masyarakat Desa Randegan dengan memanfaatkan potensi desa, khususnya limbah kulit salak. Limbah tersebut diolah menjadi produk teh yang berkhasiat, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi sekaligus mendukung pengelolaan limbah ramah lingkungan. Inisiatif ini disambut antusias oleh para peserta sebagai upaya inovatif dalam pemberdayaan perempuan dan pengembangan produk lokal.
Arini 'Inayaturrohmah selaku narasumber pada pelatihan ini menyampaikan proses, khasiat serta hasil uji dalam pengolahan Teh Kulit salak. "Biasanya kita mengkonsumsi daging buah salaknya aja, padahal kulit salak mengandung fitokimia aktif yang dapat menurunkan gula darah, antioksidan, anti peradangan, yang bisa dimanfaatkan sebagai teh herbal." ujarnya.
Dalam penelitian oleh Ribatul, N. D., dkk. (2023) dengan Judul Pengaruh Teh Kulit Buah Salak terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan, teh kulit salak dengan dosis 210 mg/kg berat badan diberikan kepada mencit (tikus laboratorium) yang sebelumnya diinduksi diabetes menggunakan aloksan. Hasilnya, kadar gula darah mencit menurun hingga 40,94% dalam waktu 3 hari. Pada penelitian lainnya berjudul Penurunan Obesitas dan Kolesterol oleh Ekstrak Kulit Salak oleh Akbar, M. et al. (2025) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kulit salak yang dikombinasikan dengan diet rendah karbohidrat dapat menurunkan berat badan, indeks massa tubuh, dan kadar kolesterol pada model tikus obesitas.
Teh Kulit Salak diolah melalui proses pengeringan, penyangraian, penghalusan hingga kemudian dapat diseduh dan dikonsumsi. Kulit salak yang sudah dipisahkan dari daging buahnya, dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan dijemur selama 2-3 hari. Setelahnya kulit salak disangrai untuk menghilangkan kadar air selama 5-7 menit hingga teksturnya garing dan renyah. Kulit salak kemudian dihaluskan dan dimasukkan kedalam kantong teh. Teh kulit salak pun siap diseduh/disimpan dalam wadah yang kering.
Ibu Siti selaku Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Randegan menambahkan, "untuk rasa lumayan kita familiar dengan rasa-rasa tersebut, khususnya ibu-ibu dengan rasa yang ada sepet-sepetnya. Bukan hanya konsumsi yang manis tapi ini ada aroma rasanya. Mungkin untuk selera ada penambahan rasa dengan Gula Aren dan juga Gula Pasir atau untuk Original saja yang agak pahit-pahit sepet, tapi untuk keseluruhannya pas cocok banget."
Acara ini mendapat sambutan positif dari warga serta diharapkan menjadi langkah awal bagi pengembangan wirausaha berbasis potensi lokal. "Alhamdulillah rasanya lumayan aman, insyaAllah bisa dinikmati ya, mudah-mudahan bisa dilanjutkan sama ibu-ibu disini barangkali
nanti bisa di tes ke halal an produknya, sertifikat halal, pengemasannya gimana, mbok bisa
dipasarkan, mudah-mudahan nggih untuk nambah-nambah cuan ibu-ibu desa" ujar Ibu Wida selaku sekretaris desa Randegan.
Pelatihan ini diharapkan memperkuat ekonomi desa sekaligus memperkenalkan manfaat kulit salak sebagai produk unggulan yang ramah lingkungan dan bernilai jual tinggi.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI