Mohon tunggu...
Arinda Rosa Anggraini
Arinda Rosa Anggraini Mohon Tunggu... Mahasiswi/Universitas Sebelas Maret Surakarta

Saya merupakan individu yang memiliki berbagai macam hobi, ada bulutangkis, menari, menulis, dan membaca. Hal itu tentunya untuk mengisi waktu luang di saat tidak disibukkan oleh kegiatan perkuliahan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Realita Negeri Perokok : Kaya Cukai, Miskin Kesehatan

10 September 2025   22:19 Diperbarui: 10 September 2025   22:19 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia. Rokok bukan hanya produk konsumsi sehari-hari, tetapi juga sumber pemasukan negara melalui cukai yang nilainya mencapai ratusan triliun rupiah setiap tahun. Ironisnya, di balik pemasukan fantastis itu, masyarakat harus menanggung kerugian kesehatan yang jauh lebih besar. Penyakit akibat rokok semakin meningkat setiap tahunnya dan tentunya akan menjadi beban bagi sistem kesehatan nasional.

Masalah rokok melibatkan banyak pihak, perokok aktif jelas berada di garis depan, tetapi perokok pasif terutama anak-anak dan perempuan tak kalah dirugikan. Generasi muda menjadi kelompok paling rawan, sebab mereka mudah terpengaruh iklan, lingkungan, dan gaya hidup yang menormalisasi rokok. Pemerintah sendiri berada dalam dilema: di satu sisi menikmati penerimaan cukai yang besar, di sisi lain harus menanggung biaya kesehatan masyarakat yang jumlahnya tidak kalah tinggi. Industri rokok tentu diuntungkan dalam hal ini, sementara masyarakat luas justru akan megalami kerugian kesehatan yang sangat besar.

Kebiasaan merokok di Indonesia bukanlah fenomena baru, sejak puluhan tahun lalu rokok sudah menjadi bagian dari budaya yang sulit dilepaskan. Meski berbagai kebijakan telah diterapkan, mulai dari kenaikan cukai, peringatan bergambar pada bungkus rokok, hingga aturan kawasan tanpa rokok, tetap belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Angka prevalensi perokok belum menunjukkan penurunan signifika, bahkan survei menunjukkan tren perokok usia remaja justru meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Ini artinya, persoalan rokok merupakan ancaman nyata bagi masa depan generasi bangsa.

Masalah rokok merata di seluruh penjuru negeri, di kota besar, rokok hadir di warung kopi, restoran, bahkan ruang publik yang seharusnya bebas asap. Di pedesaan, rokok sering dianggap kebutuhan pokok yang tak bisa ditinggalkan. Lebih ironis lagi, lingkungan pendidikan pun tidak benar-benar steril dari rokok. Banyak sekolah dan kampus masih longgar dalam pengawasan, sehingga pelajar atau mahasiswa dapat merokok dengan mudah. Situasi ini menunjukkan betapa kuatnya budaya merokok yang mengakar di kehidupan sosial masyarakat.

Rokok merupakan masalah sosial dan kesehatan yang membawa dampak luas. Pemasukan negara dari cukai memang besar, pada tahun 2023 mencapai lebih dari Rp. 200 triliun. Namun, jika dihitung, biaya kesehatan akibat penyakit yang ditimbulkan rokok justru lebih besar. Penyakit seperti kanker paru, jantung, dan gangguan pernapasan menguras anggaran BPJS Kesehatan serta menurunkan produktivitas masyarakat.

Kerugian sosial pun tak kalah besar, banyak tenaga kerja kehilangan produktivitas akibat sakit di usia produktif. Generasi muda, yang seharusnya menjadi harapan bangsa, justru menghadapi risiko kesehatan sejak dini. Pada akhirnya, keuntungan ekonomi dari rokok tidak pernah sebanding dengan kerugian yang ditanggung masyarakat.

Masalah rokok di Indonesia membutuhkan langkah tegas dan menyeluruh. Pertama, regulasi iklan harus benar-benar diperketat. Selama ini, meski sudah ada pembatasan, iklan rokok masih mudah ditemui, baik di media massa maupun digital. Kedua, harga rokok perlu dinaikkan signifikan agar tidak mudah diakses, terutama oleh anak-anak dan remaja. Ketiga, kawasan tanpa rokok harus diperluas dan ditegakkan dengan serius, bukan hanya aturan di atas kertas. Penegakan hukum dan pengawasan sangat penting untuk melindungi masyarakat dari paparan asap.

Selain itu edukasi publik harus diperkuat, sekolah dan kampus dapat menjadi garda terdepan untuk memberikan pemahaman kepada generasi muda mengenai bahaya rokok, bukan hanya dari sisi kesehatan, tetapi juga dari sisi ekonomi dan sosial. Kesadaran masyarakat pun perlu dibangun, karena rokok bukan lagi urusan pribadi, melainkan masalah bersama yang berdampak luas.

Pada akhirnya, rokok adalah masalah besar bagi negeri ini. Kita kaya dari cukai, tetapi miskin dalam kesehatan. Tanpa langkah nyata dan berani, Indonesia akan terus terjebak dalam lingkaran yang sama: menikmati keuntungan sesaat dari rokok, namun mengorbankan masa depan generasi yang seharusnya sehat dan produktif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun