Mohon tunggu...
Arina Wahyuningtiyas
Arina Wahyuningtiyas Mohon Tunggu... Mahasiswa

Aku adalah pribadi yang gemar mengekspresikan diri melalui seni dan visual. Setiap emosi yang kurasakan dapat kutuangkan dalam bentuk karya baik lewat goresan gambar, hasil jepretan foto, sapuan kuas pada lukisan, rancangan desain, maupun alur cerita dalam sebuah video.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bukan Hanya Tentang Diri Sendiri, Tapi Juga Siapa yang Berdiri di Sampingmu

25 September 2025   23:07 Diperbarui: 25 September 2025   23:05 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sering kali kita diajarkan untuk percaya pada kekuatan diri sendiri. “Kamu harus mandiri” kata orang tua. “Jangan bergantung pada siapa pun” tambah guru. Kita dimotivasi agar mandiri, pantang menyerah, dan tidak bergantung pada orang lain. Memang benar, sikap itu penting. Namun, ada satu kenyataan yang kadang terlupakan: manusia bukanlah makhluk yang bisa benar-benar berdiri sendirian. Ada kalanya kita jatuh, ada kalanya kita ragu, dan di saat-saat itulah kehadiran orang lain bisa menjadi cahaya penuntun.

Hidup tidak hanya tentang seberapa kuat kita bertahan, tetapi juga tentang siapa yang hadir untuk menopang kita. Siapa yang bersedia mendengar cerita kita ketika dunia terasa terlalu berat? Siapa yang tetap percaya pada kita saat kita bahkan meragukan diri sendiri? Dan siapa yang masih bertahan, bukan hanya saat kita berada di puncak, tapi juga saat kita berada di titik terendah?. Dukungan emosional, perhatian kecil, atau sekadar keberadaan seseorang di sisi kita bisa menjadi kekuatan yang tak ternilai. Misalnya, seorang mahasiswa yang hampir menyerah karena tugas menumpuk bisa kembali semangat hanya karena ada sahabat yang menemaninya begadang. Seorang ibu yang lelah mengurus keluarga bisa merasa lebih kuat karena ada pasangan yang mau berbagi peran. Bahkan seorang pemimpin besar pun bisa tetap tegar karena ada tim yang setia mendukungnya. Dukungan tidak selalu hadir dalam bentuk besar. Terkadang, justru hal-hal kecil yang membuat kita merasa paling berarti. Sebuah pesan singkat, “Kamu hebat, jangan menyerah,” bisa mengubah hari yang suram menjadi penuh semangat.

Kita mungkin menganggap pencapaian adalah hasil dari kerja keras individu. Padahal, di balik setiap keberhasilan, hampir selalu ada orang-orang yang berperan secara diam-diam. Seorang atlet tidak akan sampai ke podium tanpa pelatih yang setia membimbing. Seorang penulis tidak akan menyelesaikan bukunya tanpa teman yang terus menyemangati. Bahkan seorang anak kecil belajar berjalan bukan karena dirinya sendiri, melainkan karena ada tangan orang tua yang siap menopang ketika ia hampir terjatuh.

Sebaliknya, lingkungan yang salah bisa membuat seseorang kehilangan arah. Dukungan yang negatif, ucapan yang meremehkan, atau orang-orang yang hanya hadir saat kita senang bisa menjadi racun bagi pertumbuhan diri. Itulah mengapa penting sekali memperhatikan siapa yang berdiri di samping kita. Bukan tentang jumlahnya, tetapi kualitasnya. Lebih baik memiliki satu orang yang benar-benar tulus mendukung, daripada seratus orang yang hanya hadir di permukaan.

Kehidupan akan terasa lebih ringan jika kita tahu ada orang yang bisa dipercaya. Karena kebahagiaan bukan hanya soal apa yang kita miliki, tetapi juga siapa yang berbagi perjalanan itu bersama kita. Tidak heran jika banyak penelitian psikologi menemukan bahwa orang dengan support system yang kuat lebih mampu menghadapi stres, lebih cepat bangkit dari kegagalan, dan lebih bahagia menjalani hidup.

Jadi, jangan hanya sibuk membangun diri sendiri, tapi juga perhatikan lingkaran yang ada di sekitar kita. Belajarlah untuk memilih siapa yang layak berdiri di sisi kita, sekaligus berusahalah menjadi sosok yang juga bisa berdiri di sisi orang lain. Support system tidak bekerja satu arah. Sama seperti kita membutuhkan dukungan, orang lain pun membutuhkan hal yang sama. Ketika teman sedang kesulitan, apakah kita hadir? Ketika keluarga menghadapi masalah, apakah kita mau mendengarkan tanpa menghakimi? Atau justru kita hanya ingin ditemani saat susah, tetapi menghilang ketika orang lain membutuhkan?. Karena pada akhirnya, hidup bukan hanya tentang “aku”, tetapi juga tentang “kita”.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun