Mohon tunggu...
Ari Lesmana
Ari Lesmana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ketika kau nyaman di zona nyaman, keluarlah! Karena itu kesalahan.

Menyimpan yang saya lalui dan rasakan ke dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Skenario Kotor Pilkada Sumbar: NA-IC Melejit, Gerindra Dibidik

27 September 2020   20:49 Diperbarui: 27 September 2020   20:55 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Genderang pesta demokrasi di Ranah Minang telah ditabuh. Empat pasang kandidat bersiap mempromosikan diri untuk meraih simpati rakyat. Tema "Pilkada Badunsanak" sengaja dipilih agar pemilihan kepala daerah ini bisa sekaligus menjadi ajang unjuk sportivitas. 

Sayangnya, niat baik itu rupanya hendak dinodai. Kandidat yang berpeluang besar untuk menang malah dikriminalisasi. Kesalahan mereka dicari-cari. Bahkan, partai pendukungnya tak luput dari bidikan para penghamba kekuasaan.

Sejak awal mengumumkan untuk maju dalam Pilkada Sumbar 2020, pasangan calon Nasrul Abit-Indra Catri (NA-IC) tidak pernah lepas dirundung serangan. 

Memang, sebagai kandidat petahana kans keduanya untuk menang terbuka lebar. Apalagi mereka didukung oleh Partai Gerindra, parpol peraih suara terbanyak di Sumbar pada Pileg 2019.Bahkan menurut sejumlah hasil survei elektabilitas, jika pemilu diadakan hari ini, Gerindra masih tetap berjaya. 

Parpol besutan Prabowo Subianto ini akan unggul telak dengan perolehan suara lebih dari dua kali lipat dari hasil yang bisa dikumpulkan parpol yang berada pada urutan kedua. 

Pantas saja kalau kandidat pesaing menjadikan NA-IC dan Gerindra sebagai lawan utama. Akan tetapi, menjadi tidak pantas ketika ada pihak-pihak yang ingin bermain kotor dan curang.

Beberapa hari yang lalu, jelang penetapan pasangan calon Pilkada Sumbar, sejumlah massa mendatangi kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). 

Mereka memfitnah NA bahwa ijazah SLTA yang digunakan NA tidak sah. KPU menanggapi dengan dingin karena sudah tiga kali pilkada berhembus fitnah serupa. Sudah tiga kali pula pihak penyelenggara melakukan verifikasi faktual. Hasilnya memang tidak ada yang dipalsukan.

Di sini bisa dilihat adaya upaya penggembosan elektabilitas NA-IC. Siapa yang menggerakkan segelintir massa itu jika bukan oknum-oknum yang memiliki kepentingan. Mereka jelas orang bayaran. Target mereka adalah menjatuhkan NA dengan segala cara. Skenario serupa juga mereka jalankan untuk menjegal IC dan kemudian berupaya mengkriminalisasi anggota keluarga NA.

Upaya-upaya kotor itu tidak kunjung membuahkan hasil. NA-IC yang terus dizalimi ternyata justru semakin mendapat simpati. Elektabilitasnya terus meningkat, sementara tiga kandidat lain cenderung stagnan, bahkan ada yang terus tergerus.

Setelah gagal menggembosi elektabilitas NA-IC, mereka mulai memainkan strategi lain. Bidikan mulai diarahkan kepada Gerindra. Tim pemenangan, pimpinan wilayah hingga ke kabupaten/kota masuk radar untuk target pembusukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun